foto que

foto que

Jumat, 17 Juni 2011

Adab membaca AL Qur’an

WAJIB bagi kita menghalalkan apa yang dihalalkan al-Quran dan mengharamkan apa yang diharamkannya. Diwajibkan pula beradab dengannya dan berakhlak terhadapnya.
Ketika membaca al-Quran, seorang Muslim perlu memperhatikan adab berikut untuk mendapatkan kesempurnaan pahala dalam membacanya.


- Membacanya dalam keadaan sempurna, suci daripada najis dan dengan duduk yang sopan dan tenang. Dianjurkan agar pembaca berada dalam keadaan suci.
Imam Haromain berkata: "Orang yang membaca al-Quran dalam keadaan najis, dia tidak dikatakan mengerjakan hal yang makruh akan tetapi dia meninggalkan sesuatu utama".

- Membacanya dengan perlahan (tartil) dan tidak cepat agar dapat menghayati ayat yang dibaca.
Rasulullah s.a.w bersabda yang bermaksud: “Siapa saja yang membaca al-Quran (khatam) kurang dari tiga hari, bererti dia tidak memahami.” (Hadis Riwayat: Ahmad dan penyusun Kitab Sunan)

Sebahagian kelompok daripada generasi pertama membenci pengkhataman al-Quran sehari semalam berdasarkan hadis di atas. Rasulullah memerintahkan Abdullah Ibnu Umar untuk mengkhatamkan al-Quran setiap satu minggu (tujuh hari) (Muttafaq Alaih). Ini dilakukan Abdullah bin Mas’ud, Uthman bin Affan, Zaid bin Tsabit. Mereka mengkhatamkan al-Quran sekali dalam seminggu.

- Membaca al-Quran secara khusyuk dengan menangis kerana sentuhan pengaruh ayat yang dibaca yang menyentuh jiwa dan perasaan.
Dalam hal ini, Rasulullah bersabda yang bermaksud: “Bacalah al-Quran dan menangislah, apabila kamu tidak menangis maka usahakan menangis kerana ayat yang engkau baca.” (Hadis Riwayat: Al-Bazzar)

Allah s.w.t juga menjelaskan sebahagian daripada sifat hamba-Nya yang soleh dengan firman-Nya yang bermaksud: “Dan mereka segera tunduk sujud itu sambil menangis, sedang Al-Quran menambahkan mereka khusyuk.” (Surah Al-Isra’: Ayat 109)

- Membaguskan suara membacanya, sebagaimana sabda Rasulullah yang bermaksud: “Hiasilah al-Quran dengan suaramu.” (Hadis Riwayat: Ahmad, Ibnu Majah & Al-Hakim). Dalam hadis lain dijelaskan: “Tidak termasuk umatku orang yang tidak melagukan al-Quran.” (Hadis Riwayat: Al-Bukhari dan Muslim)

Maksud hadis di atas ialah membaca al-Quran dengan susunan bacaan yang jelas dan terang makhroj hurufnya, panjang pendeknya bacaan, tidak sampai keluar daripada ketentuan kaedah Tajwid.

- Membaca al-Quran dimulai dengan isti’adzah. Allah berfirman yang bermaksud: “Dan bila kamu akan membaca al-Quran, maka mintalah perlindungan kepada Allah daripada (godaan-godaan) syaitan yang terkutuk.” (Surah An-Nahl: Ayat 98)

- Apabila ayat yang dibaca dimulai dari awal surah, selepas isti’adzah terus membaca Basmalah dan apabila tidak di awal surah cukup membaca isti’adzah. Khusus untuk surat At-Taubah, walaupun dibaca mulai awal surat tidak perlu membaca Basmalah. Cukup dengan membaca isti’adzah saja.

- Membaca al-Quran dengan berusaha mengetahui ertinya dan memahami inti daripada ayat yang dibaca dengan beberapa kandungan ilmu yang ada di dalamnya. Firman Allah bermaksud: “Maka apakah mereka tidak memperhatikan al-Quran, ataukah hati mereka terkunci?” (Surah Muhammad: Ayat 24)

- Membaca al-Quran dengan tidak mengganggu orang sedang solat, dan tidak perlu membacanya dengan suara yang terlalu keras atau di tempat yang banyak orang. Bacalah dengan suara atau dalam hati secara khusyuk. Rasulullah bersabda bermaksud: “Orang yang terang-terangan (di tempat orang banyak) membaca al-Quran, sama dengan orang yang terang-terangan dalam sedekah.” (Hadis Riwayat Tirmidzi, Nasa’i, dan Ahmad)

Dalam hadis lain dijelaskan: “Ingatlah bahawa setiap hari dari kamu munajat kepada Rabbnya, maka janganlah salah satu daripada kamu mengganggu yang lain, dan salah satu daripada kamu tidak boleh mengangkat suara atas yang lain di dalam membaca (al-Qur'an).” (Hadis Riwayat: Abu Dawud, Nasa'i, Baihaqi dan Hakim)

Jangan jadikan ibadah yang kita lakukan sia-sia kerana kita tidak mengendahkan sunnah Rasulullah dalam melaksanakan ibadah membaca al-Quran.

Misalnya, membaca dengan suara keras pada larut malam, yang akhirnya mengganggu orang yang istirahat dan solat malam.

- Dengarlah bacaan al-Quran. Jika ada yang membaca al-Quran, maka dengarlah bacaannya itu dengan tenang. Allah berfirman yang bermaksud: “Dan tatkala dibacakan al-Quran, maka dengarlah dan diamlah, semoga kamu diberi rahmat.” (Surah Al-A’raaf: Ayat 204)

- Membaca dengan saling bergantian. Membaca al-Quran, boleh dilakukan secara bergantian dan yang mendengarnya haruslah dengan khusyuk dan tenang. Rasulullah bersabda yang bermaksud: “Tidaklah berkumpul suatu kaum di dalam rumah Allah, mereka membaca al-Quran dan saling mempelajarinya kecuali akan turun atas mereka ketenangan dan mereka diliputi oleh rahmat (Allah), malaikat menyertai mereka, dan Allah membanggakan mereka di kalangan (malaikat) yang ada di sisi-Nya.” (Hadis Riwayat: Abu Dawud)

- Melakukan sujud Tilawah (sujud Sajdah) pada saat selesai membaca ayat Sajdah, pada bila-bila masa saja, baik siang ataupun malam, jika pembacanya belum batal daripada wuduk. Tatacara pelaksanaannya dimulai daripada takbir, lalu sujud, kemudian membaca “Subhaana Rabbiyal A’laa”' (Maha Suci Rabb-ku Yang Maha Tinggi), lalu dilanjutkan dengan doa sujud Tilawah. Selepas itu bangkit daripada sujud tanpa takbir dan salam, kerana tidak ada riwayat daripada Nabi s.a.w mengenai hal itu, kecuali jika sujud Tilawah itu dilakukan di tengah-tengah pelaksanaan solat, maka ia bertakbir ketika sujud dan bangkit daripada sujud.

- Berdoa selepas membaca al-Quran. Dalam sebuah riwayat dijelaskan, bahawa sahabat apabila khatam membaca al-Quran, mereka berkumpul untuk berdoa dan mengucapkan: “Semoga rahmat turun atas selesainya membaca al-Quran.”

Sebuah hadis yang diriwayatkan daripada Anas bin Malik r.a dijelaskan bahawa apabila dia sudah khatam membaca Al-Quran, dia mengumpulkan keluarganya dan berdoa. (Hadis Riwayat: Abu Dawud)

Setiap orang Islam wajib mengatur hidupnya sesuai dengan tuntutan al-Quran. Ia harus dipelihara kesucian dan kemuliaannya, serta dipelajari dan difahami ayat-ayatnya.

Pelaksanaan ini adalah sebagai tanda kita beriman kepada al-Quran
baca selanjutnya..

naskah MSYQ( MUSABAQOH SYARHIL QURAN)

Kepemimpinan rasulullah dalam membangun masyarakat madani

Abu A’la al maududi dalam bukunya the prophet of islam ,mengatakan he is the only one example,rasul merupakan contoh yang paling lengkap,dalam dirinya terdapat kebesaran dan kemuliaan sifat manusia.Kebesaran sifat rasul serta keberhasilan beliau dalam memimpin negara telah tercatat dengan indah dan rapi dalam sejarah peradaban manusia,sehingga wajar,kehebatan beliau di abadikan oleh Michael heart dalam bukunya ‘’the one hundred ranking of the most influenting person in history.’’



Kebesaran sifat rasul sebagai seorang pemimpin yang selalu mengutamakan kepentingan rakyat dan mengutamakan akhlaqul karimah pada akhirnya mampu merobah masyarakat biadab menjadi beradab,yang dulunya berseteru menjadi satu,yang dulunya menyembah berhala kini kembali menyembah allah ta’ala.

oleh karena itu untuk mengikuti jejak rasul,maka pada kesempatan kali ini kamiakan membahas syarahan dengan judul ‘’KEPEMIMPINAN RASULULLAH DALAM MEMBANGUN MASYARAKAT MADANI’’dengan landasan surah al ahzab ayat 21 yang berbunyi:




hadirin,ayat tadi di awali dengan kalimat, secara sementik adalah

sedangkan dalam ilmu balaghah ayat tadi termasuk

maksudnya ayat tersebut menginformasikan sekaligus menegaskan kepada kita ,sungguh pada diri rasulullah itu terdapat uswatun hasanah’’bagi kita
rasul merupakan figur yang luhur ,contoh yang tinggi yang harus di ikuti dengan sepenuh hati,baik perkataan maupun perbuatannya.Demikian penegasan imam ali ash shobuni dalam shofwatut tafasir’’.rasul is the walking quran,akhlak rasul ibarat alquran yang berjalan,semakna dengan ayat tadi aisyah ra berkata:

lantas bagaimana akhlak bangsa kita terutama para pemimpin kita saat ini ? jawaban nya adalah alhmdulillah,masih ada pemimpin yang patut di teladani,masih ada para pejabat yang bisa mengayomi,masih ada aparat yang peduli,semua itu patut di syukuri walaupun jumlahnya sangat sedikit sekali,karena masih banyak pejabat yang bejatmasih banyak politisi yang korupsi,masih banyak aparat yang tidak amanat dan begelimang maksiat.kita sekarang mengalami krisis moneter yang emembuat kita keteter,di tambah pemuda pemuda yang teller dan pemimpin yang killer.bagaimana mungkin reformasi teraplikasi sementara para pemimpin kita mengalami dekadendsi,reformasi yang kita cita citakan ,malah destruksi yang jadi kenyataan ,kesejahtraaan yang kita dambakan malah kesengsaraan yang kita rasakan.
Hadirin rohimakumullah,
Apa yang harus dilakukan para pemimpin kita agar bangsa Indonesia bias Berjaya ?
Sebagai jawaban nya marilah kita renungkan firman allah pada surah ali imron ayat 159 yang berbunyi:


Hadirin rahimakumullah.
Prof.Dr.Qurais shihab dalam tafsir al misbahnya menjelaskan:ayat tadi mengandung 3 cara rasul dalam berdakwah,yang berisis pesan moral bagi seorang pemimpin bangsa kita.yaitu
Pertama: rasul bersiakp lemah lembut baik kepada kawan maupun lawan.
Kedua: rasul senantiasa bersikap lapang dada ,mudah memaafkan dan memberikan ampunan setiap kesalahan
Ketiga: rasul senantiasa mentradisikan kehidupan bermusyawarah dalam mengambil keputusan

Itulah hadirin,cara dan strategi rasul dalam berdakwah,yang selalu berhasil memimpin bangsa dengan berandaskan akhlakul karimah ,moral,dan etika.untuk itu ada 4 solusi yang membawa bangsa kita bangkit dari keterpurukan serta krisis berkepanjangan akibat moral akhlak bangsa yang semakin mengkhawatirkan.ke empat solusi tersebut adalah
Pertama:pemimpin sebagai figur sentral harus bermoral,berakhlak mulia,dan beretika adalah durjana yang harus minggir dari persada Indonesia.untuk menanamkan akhlak ,moral dan etika,mari kita mulai sejak dini,dan mulai pada diri kita sendiri ,hal ini sejalan dengan pesan lukmanul hakim tepatnya pada surah lukman ayat 17 yang mengambil kesimpulan ada 4 spesipikasi pesan lukman yang mengandung induknya ibadah dan pondasinya berupa akhlakul karimah ,yaitu






Dirikanlah sholat,suruhlah orang berbuat kebaikan,mencegah kemungkaran,dan bersabar atas segala yang menimpa.
Kedua:kita sebagai warga Negara harus ikut berpartisipasi dan antisipasi sebagai wujud apresiasi yang sesuai dengan tuntunan dan tuntutan alquran.
Jangan hanya pandai mengkritisi tapi berikanlah solusi.jagalah sarana dan prasarana Negara,jangan berbuat durjana,karena allah akan murka,dan kita akan mendapatkan bala dan bencana

Ketiga :kita tingkatkan sumber daya manusia dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi dan kematangan iman dan taqwa yang bermuara pada akhlak yang mulia.sebagaimana sauqi bekh berkata dalam syairnya

Bangsa bangsa akan jaya ,akan maju jika di topang akhlak mulia,tapi bangsa akan hancur tersungkur ,rusak binasa,jika tidak di topang akhlak mulia
Ke empat :Tingkatkanlah harmonisasi ulama dan umaro,hubungan keduanya harus,harus dekat,agar hidup dapat nikmat dalam Negara yang berdaulat dan penuh berkat.
Jika keempat langkah solutif ini terealisir,maka bangsa kita akan jaya,terhindar dari malapetaka,dan senantiasa mendapatkan ridho allah swt
Sesuai dengan janji allah dalam surah almaidah ayat 9 yang berbunyi:


Dengan demikian dapat disimpulkan,agar Indonesia jaya,pemimpin harus bercermin dan mengambil cara dan strategi rasul dalam berdakwah,yaitu selalu mengutamakan kepentingan rakyat dan mengutamakan akhlakul karimah dalam memimpin,dengan demikian Negara kita akan makmur dengan pemimpin yang jujur dan berbudi luhur,sehingga rahmat allah pun terulur.sebagai penutup kami selipkan pantun sebagai kenangan dan penuntun.

Anak perawan pergi ke nunukan
Beli ikan ,lampu dan belewa untuk bekalnya
Dengan MSYQ mari kita tingkatkan
Iman ,ilmu dan taqwa pada allah ta’ala
baca selanjutnya..

PRAKTIS MENGHAFAL ALQURAN

I. Pendahuluan
Al Qur’an adalah kitab suci yang diturunkan Allah dengan perantaraan malaikat Jibril kepada baginda Nabi Muhammad SAW yang mengandung mu`jizat dan bernilai ibadah bagi orang yang membacanya. Kitab Al Quran ini merupakan kitab yang terpelihara dan tidak diperkenankan untuk mengubah, menambah, mengurang, dan menggantinya. Allah SWT benar-benar memelihara Al Qur’an sebagaimana Firman Allah dalam surah Al Hijr: 9 yang artinya:
Sesungguhnya kamilah yang menurunkan Al Quran dan sesungguhnya kami benar-benar memeliharanya.

Salah satu bentuk pemeliharaan al Qur’an adalah menghafalkannya, yang biasa dikenal dengan istilah tahfidzul Quran, dan berbeda dengan kitab-kitab yang lainnya. Al Qur’an itu mudah dihafal dibanding dengan kitab-kitab kuning yang lainnya akan tetapi sebaliknya hafalan Al Qu’ran lebih cepat hilang apabila kita tidak menjaganya dengan selalu menakrir atau mengulang-ulang apa yang telah kita hafal. Kita bisa melihat betapa banyak ikhwan kita yang mampu menghafal Al Qur’an di luar kepala ini menujukkkan bahwa menghafal Al Qu’ran bukanlah merupakan sesuatu yang mustahil, dimana ada kemauan disitu ada jalan.
Dalam menghafal Al qur’an yang begitu banyak tentunya memerlukan metode-metode yang dapat mempermudah dalam menghafal Al Qur’an. Dengan demikian penulis mencoba memaparkan metode-metode praktis untuk menghafal Al Qur’an sebagai gambaran bagaimana para hafidz Al Qur’an mampu menghafal Al qur’an dalam waktu yang tidak begitu lama. Hal ini dapat kita contoh dan meniru jejak parah hafidz yang telah hafal 30 juz.

II. Syarat-Syarat Menghafal Al Quran
Menghafal Al Qur’an bukan merupakan ketentuan pokok yang harus dilakukan oleh setiap orang Islam, oleh karena itu dalam menghafal Al Qur’an memerlukan syarat-syarat khusus yang harus diperhatikan bagi orang yang ingin menghafal Al Qur’an. Adapun syarat-syarat yang harus dimiliki bagi orang yang ingin menghafal Al Qur’an adalah sebagai berikut:
1. Niat yang ikhlas dari calon penghafal Al Qur’an
Niat yang ikhlas merupakan syarat utama dan sangat penting dimiliki bagi orang yang ingin menghafal Al Quran, sebab apabila sudah ada niat yang ikhlas itu menandakan orang tersebut mempunyai suatu keinginan yang kuat untuk mmenghafal Al Qur’an. Dengan demikian orang yang sudah mempunyai niat yang kuat dan sudah tertanam di dalam hati yang dalam untuk menghafal Al Qur’an maka kesulitan apaun yang menghalanginya bisa ditanganinya. Berbeda dengan orang yang menghafal Al Qur’an dalam keadaan terpaksa atau dipaksa orang lain tanpa kesadaran sendiri, maka orang seperti ini kebanyakan mengalami kegagalan dalam menghafal karena apabila orang yang memaksanya untuk menghafal mulai jenuh, maka ia pun ikut jenuh dalam menghafal.
2. Menjauhi sifat madzmumah
Sifat madzmumah merupakan sifat yang tercela yang harus dijauhi oleh setiap muslim terlebih lagi bagi orang yang hafal Al Qur’an. Sifat in sangat besar pengaruhnya dalam menghafal Al Qur’an karena Al Qur’an merupakan kitab suci yang diturunkan oleh Allah kepada hamba-Nya sebagai pedoman hidup untuk diamalkan bukan untuk dinodai atau diinjak-injak dengan melalaikan perintah yang terkandung dalam Al Qur’an. Diantara sifat madzmumah itu adalah seperti ujub, ria, hasad dan lain sebagainya.
3 Izin dari orang tua/ wali/ suami bagi wanita yan sudah menikah.
Idzin dari orang tua juga sangat menentukan keberhasilan seseorang dalam menghafal Al Qur’an sebab apabila orang sudah mendapat izin dari orang tua atau kepada suami (bagi perempuan yang sudah menikah), berarti ia sudah mendapatkan kebebasan menggunakan waktunya tidak untuk kepentingan lain kecuali untuk Al Qu’ran.
3. Kontinuitas dari calon penghafal Al Qur’an
Kontinuitas berarti disiplin dalam segala galanya termasuk disiplin waktu dan tempat. Disiplin ini sangat berpengaruh terhadap keberhasilan seseorang dalam menghafal Al Qur’an. Seorang penghafal harus menetapkan waktu khusus untuk menghafal Al Quran dan kontinue atau disiplin terhadap waktu yang sudah dijadwalkan tersebut, misalnya ia menetapkan atau menjadwalkan waktu untuk menghafal Al Qur’an setiap setelah shalat shubuh pukul 06.30 sampai pukul 07.00 dengan kemampuan menghafal 2 halaman, maka setiap harinya ia harus melaksanakan secara rutin jadwal tersebut. Waktu tersebut harus dipergunakan dengan sebaik baiknya tidak lebih dan tidak kurang. Apabila pada suatu hari terdapat suatu masalah misalnya penggunaan waktu sama jumlahnya akan tetapi materi yang dihasilkan tidak sama, maka dalam keadaan seperti ini ia harus mencari sebab- musababnya, setelah diketahui sebabnya-musabanya maka penghafal harus segera mengatasinya. Misalnya karena masalah pacar atau masalah keluarga sehingga mengganggu konsentarasinya dalam menghafal Al Qur’an, maka harus diselesaikan diluar waktu tersebut dengan mengambil keputusan yang terbaik dalam mengatasi masalah tersebut sehingga tidak terulang yang kedua kalinya. Demikian pula apabila terjadi masalah karena ayat tersebut jarang dibaca sehingga sulit untuk dihafal, maka seorang penghafal harus menambah waktunya untuk mencukupkan target yang sudah diprogramkan tersebut.
Dengan disiplin waktu ini seorang penghafal diajari dan dilatih menjadi orang yang jujur, konsekwen, dan bertanggung jawab segala-galanya. Ini adalah merupakan pekerjaan yang sulit sehingga amat sedikit orang yang mampu berlaku disiplin terhadap waktu.
4. Sanggup mengorbankan waktu untuk Al Qur’an
Apabila seorang penghafal sudah menetapkan waktu khusus untuk menghafal materi baru, maka ia harus konsekwen pada waktu tersebut, ia tidak boleh melalaikan waktu tersebut dan tidak boleh diganggu dengan kepentingan lain, misalnya untuk menerima tamu, berolahraga, ngobrol dan aktifitas lainnya.
Adapun waktu yang paling baik untuk menghafal Al Qur’an adalah antara jam 04.00 sampai dengan jam 08.00, atau di sore hari jam 16.00 sampai dengan dengan jam 18.00, karena pada waktu tersebut udara sejuk dan tenang. Pada pagi hari setelah bangun tidur bagas sekali dimanfaatkan untuk menghafal Al Qur’an karena otak pada waktu itu belum terpengaruh den prolem+problem yang lain. Demikian pula pada sore hari setelah istirahat di siang hari bagus sekali dimanfaatkan untuk menghafal karena otak baru istirahat dari memikirkan segala problem di siang hari.
5. Sanggup mengulang- ulang materi yang sudah dihafal.
Al qur’an adalah merupakan kitab suci yang mudah dihafal dibandingkan dengan kitab-kitab kuning yang lain karena Al qur’an mempunyai keistimewaan yang tidak menjemukan dan enak didengar. Al Qur’an, mudah untuk dihafal akan tetapi sangat cepat sekali hilang, di pagi hari kita dapat membacanya dengan lancar akan tetapi setelah ditinggalkan beberapa saat untuk mengerjakan aktifitas lain, apa yang kita hafal di pagi hari hilang tanpa bekas. Apabila sahabat juga mengalami problema ini, maka tidak perlu berkecil hati bukan hanya sahabat yang mengalaminya, akan tetapi hampir seluruh penghafal juga pernah mengalami hal ini.
Oleh karena itu agar apa yang kita hafal tidak hilang begitu saja maka harus diulang-ulang. Menghafal Al Qur’an ibarat seorang yang sedang berburu di hutang apabila ia mendapatkan binatang buruan, maka binatang tersebut harus diikat dengan kuat agar tidak lepas, demikianpula dengan menhafal Al Qur’an apa yang telah kita hafal harus kita ikat agar tidek lepas atau hilang dan salah satu pengikatnya adalah dengan mengulang-ulang apa yang telah kita hafal tersebut.

III. Etika Membaca Al Quran
Al quran adalah merupakan kitab suci umat islam yang menjadi pedoman dalam hidup ini. Al quran ini berbeda dengan kitab-kitab lain dan mempunyai banyak kelebihan dan keutamaan dalam memuliakan kitab Allah. Dengan demikian dalam membaca Al Qur’an memerlukan etika-etika agar orang yang membacanya mendapatkan pahala yang berlipat ganda disisis Allah SWT, diantara etika tersebut adalah sebagai berikut:
1. Hendaknya membaca Al Qur’an dalam keadaan suci (mempunyai wudhu)
Al Qur’an merupakan kita suci sehingga orang yang ingin membaca Al Qur’an disunnatkan berwudhu terlebih dahulu. Orang yang membaca Al Qur’an dalam keadaan suci tiap´-tiap huruf yang dibaca memperoleh pahala yang lebih besar dibanding orang yang membaca Al Qur’an dalam keadaan tidak mempunyai wudhu demikian pula membaca Al Qur’an dalam shalat pahalanya lebih besar daripada membaca Al Qur’an di luar shalat. Adapun dalam hal menyentuh Al Qur’an harus dalam keadaan suci ini sesuai dengan Firman Allah dalam surah Al Waqiah ´´laa yamassuhuu illal muthahharuun´´. Dari ayat tersebut jelas bahwa orang yang tidak mempunyai wudhu diharamkan untuk menyentuh Al Qur’an, namun ini masih khilafiyah sebagian ulama membolehkannya karena perbedaan dalam memahami Al Quran apakah maksud ayat tersebut Al Qur’an yang kita baca atau yang ada di lauhul mahfudzh. Untuk lebih hati-hati penulis lebih cendrung ke pendapat yang pertama.
2. Memakai siwak
Sebelum membaca Al Qur’an disunnatkan memakai siwak atau bersikat gigi terlebih dahulu. Siwak ini mempunyai banyak manfaat diantaranya: membersihkan mulut (menghilangkan bau tidak sedap), diridhoi dan disenangi Allah, memurkakan shaithan, dipuji malaikat, menguatkan gusi, dan menghilangkan lendir, termasuk manfaat yang besar adalah menguatkan ingatan sehingga sangat cocok bagi orang yang ingin menghafal Al Quran bersiwak terlebih dahulu.
Adapun cara bersiwak yaitu pertama-tama ialah dengan memulai bagian mulut yang sebelah kanan sembari niat melaksanakan sunnah rasul kemudian kesebelah kiri dan diakhiri dengan menggosok lidah tiga kali. Ketika sedang bersiwak hendaknya membaca doa yaitu: Allaahumma baarik fiihi yaa arhamarraahimiin.
3. Tempat membaca yang baik
Membaca Al Quran disunnatkan di tempat yang bersih, bukan di sembarang tempat.oleh karena itu ulama mensunnahkan membaca Al quran di masjid karena kebesihannya bisa dijamin disamping itu masjid merupakan tempat yang mulia, demikian pula orang yang membaca Al Quran di masjid bisa sambil i´tikaf .
4. Menghadap kiblat
Membaca Al Quran disunnahkan menghadap kiblat dijelaskan dalam sebuah hadis sebaik-baik majelis adalah yang menghadap ke arah kiblat. Sebaiknya orang yang membaca Al Quran duduk dengan khusyu tenang, dan sopan, posisi duduk hendaknya diatur sebaik mungkin seperti orang yang duduk di hadapan gurunya, itulan cara yang utama. Adapun membaca sambil berdiri atau sambil berbaring, maka dia tetap mendapatkan pahala hanya saja kurang utama.
5. Khusyu dalam membaca Al Quran
Orang yang membaca Al Quran hendaknya membacnya dengan khusyu dan konsentrasi terhadap apa yang sedang ia baca. Hal ini banyak sekali dalil-dalil yang menjelaskannya seperti Firman Allah dalam surah an Nisa : 82, Shad: 29 dll.
6. Membaca dengan tartil
Orang yang membaca Al Quran hendaklah membaca dengan tartil. Para ulam sendri sepakat bahwa hal itu hukumnya sunnat dan sangat ditekankan sebagaimana Firman Allah dalam surah Al Muzammil: 4`` warattilil Quraana Tartiilaa``. Demikian pula disebutkan dalam hadis dari ummu salamah r.a Sesungguhnya mensifati bacaan Rasulullah SAW sebagai bacaan yang jelas huruf demi huruf.
7. Membaca Al Quran pada waktu-waktu yang ideal
Tempat yang paling ideal membaca Al quran adalah dala shalat. Adapun di luar shalat membaca Al Quran pada separoh malam terakhir lebih utama daripada separoh malam yamg pertama. Membaca Al Quran diwaktu antara maghrib dan isya sangat disukai. Adapun membaca Al Quran pada siang hari, waktu yang paling baik adalah sehabis shalat shubuh.

IV. Menghafal Lafadzh-Lafadzh Al Quran
Dalam menghafal Al Quran terkadang kita sering menghadapi masalah-masalah yang berkaitan dengan menghafal lafazh-lafazh Al Quran. Di kalangan mahasiswa pada khususnya yang sering menjadi kendala adalah masalah waktu karena disibukkan dengan berbagai aktifitas kampus, memang benar bahwa mengahafal itu memerlukan konsentarasi terhadap Al Quran. Hal ini kita bisa buktikan dengan membandingkan orang yang fokus mengahafal dengan orang yang menggabungkannya dengan berbagai aktifitas lain, akan tetapi ini bukan berarti orang yang sibuk tidak bisa menghafal Al Quran. Hal ini kita bisa lihat banyak orang yang disibukkan dengan berbagai aktifitas sambil meghafal Al Quran ternyata mereka mengalami kesuksesan yang tidak jauh beda dengan orang yang menghafal AlQuran di pesantren-pesantren, tergantung bagaimana kita bisa mengatur dan memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya.
Dalam menghafal Al Quran yang efektif dan praktis khususnya di kalangan para mahasiswa yang disibukkan dengan tugas-tugas kuliyah hendaklah menerapkan trik-trik bagaimana agar hafalan dan kuliah berjalan dengan imbang. Adapun mengenai masalah trik-trik tersebut bisa kita rancang sendiri sesuai dengan kepadatan aktifitas kita.
Untuk memberikan pedoman cara praktis menghafal lafazh-lafazh Al quran maka penulis mencantumkan beberapa metode yaitu sebagai berikut:
A. Metode Pertama
1. Bagi pemula disarankan menggunakan Al Quran pojok atau Al Quran sudut.
Di Indonesia Al Quran ini dikenal dengan Al Quran pojok, sedangkan di luar negeri dikenal dengan istilah Al Quran bahriyah yang diambil dari nama penerbitnya yaitu bahriyah di Turki. Adapun ciri-cirinya yaitu setiap halaman terdiri atas 15 baris, dan setiap juznya berisi 20 halaman. Al Quran pojok ini mempunyai suatau keistimewaan tersendiri dalam mengahafala Al Quran diantara praktis dan dapat membantu ingatan.
2. Perhatikan dengan jeli bacaan yang kita baca jangan sampai ada kekeliruan dalam menghafalkan ayat-ayat tersebut.
Hal ini sangat penting kita perhatikan dalam menghafal Al Quran karena salah baca dapat merubah arti kata dari ayat Al Quran tersebut yang kita baca, baik dari segi baris, makhaarijul huruf, dan mad kata tersebut.
3. Sebelum memulai menghafal ayat-ayat Al Quran yang ingin kita hafal, perhatikan dengan baik halaman lembaran Al Quran yang ingin kita hafal, tata letak ayatnya, serta berusahalah menganalisa kemana arah ayat tersebut yang ingin kita hafal (bercerita tentang apa).
4. Sebelum menghafal ayat tersebut pusatkan konsentarasi pada ayat Al Quran yang ingin kita hafal, karena ini merupakan kunci utama pendorong cepat atau lambatnya seorang menghafal ayat tersebut.
5. Mulailah menghafal ayat demi ayat Al Quran dengan memfokuskan konsentrasi pada ayat yang kita baca.
6. jangan berpindah dari ayat yang satu kepada ayat lain sebelum lancar, setelah lancar baru melanjutkan ayat selanjutnya.
7. Setelah ayat kedua sempurna ulangi kembali ayat yang pertama begitu seterusnya sampai target hafalan ingin kita hafal pada waktu itu.
8. Setelah sampai target, misalnya satu halaman dengan sempurna kemudian setorkan kepada instruktur untuk memebenahi apabila terdapat kekeliruan dalam hafalan, karena terkadang kita sudah merasa benar namun tak kala diperdengarkan kepada instruktur ternyata masih ada kekeliruan.
Dalam menghafal Al Quran, seorang haafidzh hendaknya mempergunakan teori dalam menghafal Al Quran sesuai dengan pengalaman yang didapatkan teori apa yang mudah baginya untuk diterapkannya. Pada umumnya para hafidzh Al Quran menyatukan tiga teori dalam menghafal ayat-ayat Al Quran yaitu:
1. Konsentarasi
Konsentarasi adalah merupakan factor terpenting dalam menghafal Al Quran. Semakin tinggi tingkat konsentarasi seseorang, maka semakin cepat ia akan menghafal ayat-ayat tersebut. Hal ini bisa kita buktikan pada diri kita sendiri, menghafal sehalaman Al Quran dengan konsentrasi penuh tentu lebih efektif daripada menghafal Al Quran tanpa konsentarasi.
2. Teori membayangkan apa yang sedang dibaca
Teori membayangkan merupakan teori yang sangat berpengaruh dalam menghafal Al Quran. Membayangkan apa yang kita baca sangat berpengaruh pada kekuatan daya ingat, suatu contoh kita sering bertemu dengan seseorang yang baru kita lihat kemudian kita berkenalan menanyakan namanya, setelah satu bulan atau beberapa minggu, ada seseorang yang mengingatkan kembali kepada kita nama orang tersebut, pada saat itu kita sudah melupakan nama orang tersebut, namun setelah dijelaskan ciri-cirinya baru kita ingat kembali. Inilah salah satu peran teori membayangkan dalam menghafal Al Quran, baik membayangkan halaman mushaf, ayat-ayat Al Quran, susunan ayat, serta tulisan ayat-ayat Al Quran tersebut.
3. Mengeraskan dan mendengarkan bacaan ayat yang sedang kita baca
Teori ini sangat membantu dalam menghafal al Quran, namun untuk lebih efektifnya selalu digabungkan dengan teori membayangkan. Seorang lebih cepat paham dengan menggabungkan kedua teori tersebut daripada memisahkannya secara sendiri-sendiri. Suatu contoh kita bisa membandingkan kemampuan otak kita dalam menanggapi suatu berita lewat televise atau melalui radio, biasanya kita lebih cepat mengerti dan paham apabila berita tersebut kita peroleh dengan menonton TV karena menonton TV bebrpadu antara dua teori yaitu mendengar dan membayangkan atau melihat, sedangkan radio hanya satu teori yaitu mendengar.
B. Metode Kedua
1. Pertama kali terlebih dahulu calon penghafal membaca binnazhar materi-materi yang akan deperdengarkan kepada instruktur
2. Setelah dibaca binnazhar dan terasa ada bayangan, lalu dibaca dengan hafalan minimal 3 kali dalam satu kalinmat dan maksimalnya tida terbatas. Apabila sudah dibaca 3 kali masih belum ada bayangan, maka perlu ditingkatkan sampai benar-benar ayat tersebut.
3. Setelah kalimat tersebut sudah dihafal dengan lancar, lalu ditambah dengan merangkaikan kalimat yang berikutnya sehingga sempurna menjadi satu ayat.
4. Setelah materi satu ayat tersebut dihafal dengan lancar, maka diteruskan dengan menambah materi baru seperti di atas sampai sempurna satu ayat.
5. Setelah mendapat hafalan dua ayat dengan baik dan lancar, maka hafalan itu diulang kembali dari yang pertama dirangkaikan dengan ayat kedua minimal 3 kali, demikianlah seterusnya sampai batas waktu dan target yang sudah ditentukan. Setelah materi tersebut sudah dihafal dengan baik sampai target, maka diperdengarkan kepada instruktur untuk ditashih hafalannya serta mendapatkan petunjuk dan bimbingan-bimbingan seperlunya.
C. Metode ketiga
Metode ketiga ini dikenal dengan istilah metode pengulang-ulangan, karena dalam menghafal Al quran diulang-ulang beberapa kali sampai hapal benar ayat tersebut. Keistimewaan teori ini adalah kuatnya hafalan yang akan diperoleh seseorang disertai cepatnya waktu yang ditempuh untuk mengkhatamkan al-Quran. Teori ini sangat mudah untuk di praktekan dan insya Allah akan sangat membantu bagi siapa saja yang ingin menghafalnya. Disini akan kami bawakan contoh praktis dalam mempraktekannya:
Misalnya saja jika anda ingin menghafalkan surat an-nisa, maka anda bisa mengikuti teori berikut ini:
1. Bacalah ayat pertama 20 kali:
يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِي تَسَآءَلُونَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا {1}
2. Bacalah ayat kedua 20 kali:
وَءَاتُوا الْيَتَامَى أَمْوَالَهُمْ وَلاَتَتَبَدَّلُوا الْخَبِيثَ بِالطَّيِّبِ وَلاَتَأْكُلُوا أَمْوَالَهُمْ إِلَى أَمْوَالِكُمْ إِنَّهُ كَانَ حُوبًا كَبِيرًا {2}
3. Bacalah ayat ketiga 20 kali:
وَإِنْ خِفْتُمْ أّلاَّتُقْسِطُوا فِي الْيَتَامَى فَانكِحُوا مَاطَابَ لَكُم مِّنَ النِّسَآءِ مَثْنَى وَثُلاَثَ وَرُبَاعَ فَإِنْ خِفْتُمْ أَلاَّ تَعْدِلُوا فَوَاحِدَةً أَوْ مَامَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ ذَلِكَ أَدْنَى أَلاَّتَعُولُوا {3}
4. Bacalah ayat keempat 20 kali:
وَءَاتُوا النِّسَآءَ صَدُقَاتِهِنَّ نِحْلَةً فَإِن طِبْنَ لَكُمْ عَن شَىْءٍ مِّنْهُ نَفَسًا فَكُلُوهُ هَنِيئًا مَّرِيئًا {4}
5. Kemudian membaca 4 ayat diatas dari awal hingga akhir menggabungkannya sebanyak 20 kali.
6. Bacalah ayat kelima 20 kali:
وَلاَتُؤْتُوا السُّفَهَآءَ أَمْوَالَكُمُ الَّتِي جَعَلَ اللهُ لَكُمْ قِيَامًا وَارْزُقُوهُمْ فِيهَا وَاكْسُوهُمْ وَقُولُوا لَهُمْ قَوْلاً مَّعْرُوفًا {5}
7. Bacalah ayat keenam 20 kali:
وَابْتَلُوا الْيَتَامَى حَتَّى إِذَابَلَغُوا النِّكَاحَ فَإِنْ ءَانَسْتُم مِّنْهُمْ رُشْدًا فَادْفَعُوا إِلَيْهِمْ أَمْوَالَهُمْ وَلاَتَأْكُلُوهَآ إِسْرَافًا وَبِدَارًا أَن يَكْبَرُوا وَمَن كَانَ غَنِيًّا فَلْيَسْتَعْفِفْ وَمَن كَانَ فَقِيرًا فَلْيَأْكُلْ بِالْمَعْرُوفِ فَإِذَا دَفَعْتُمْ إِلَيْهِمْ أَمْوَالَهُمْ فَأَشْهَدُوا عَلَيْهِمْ وَكَفَى بِاللهِ حَسِيبًا {6}
8. Bacalah ayat ketujuh 20 kali:
لِّلرِّجَالِ نَصِيبُُ مِّمَّا تَرَكَ الْوَالِدَانِ وَاْلأَقْرَبُونَ وَلِلنِّسَآءِ نَصِيبُُ مِّمَّا تَرَكَ الْوَالِدَانِ وَاْلأَقْرَبُونَ مِمَّا قَلَّ مِنْهُ أَوْ كَثُرَ نَصِيبًا مَّفْرُوضًا {7}
9. Bacal ah ayat kedelapan 20 kali:

وَإِذَا حَضَرَ الْقِسْمَةَ أُوْلُوا الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينَ فَارْزُقُوهُم مِّنْهُ وَقُولُوا لَهُمْ قَوْلاً مَّعْرُوفًا {8}
10. Kemudian membaca ayat ke 5 hingga ayat ke 8 untuk menggabungkannya sebanyak 20 kali.
11. Bacalah ayat ke 1 hingga ayat ke 8 sebanyak 20 kali untuk memantapkan hafalannya.
Selain dari cara-cara tersebut, terdapat tips yang dapat membantu kita dalam menghafal Al Quran yaitu sebagai berikut:
1. Sering mendengarkan tilawah Quran dari qori favorit seperti syekh-syekh yang terkenal. Hal ini sangat mmbantu kita dalam memperbaiki tajwid bacaan hafalan kita, demikian pula dapat membantu kita apabila kita lagi malas untuk muraja`ah, atau karena dalam keadaan sibuk maka muraja`ahnya bisa dengan sambil mendengarkan kaset.
2. tetapkan target hafalan baik jangka pendek maupun jangka panjang dan istiqomalah dalam melaksanakan jadwal dan target yang ingin kita capai.
3. Mulailah menghafal Al Quran yang sering kita hafal atau terasa muda bagi kita untuk menghafalkannya seperti juz `amma dan surah-surah penting lainnya.

V. Kunci-Kunci Menghafal Al Quran
Kunci-kunci dalam menyelesaikan hafalan Al Quran ada tujuh macam yang terkumpul dalam lafadzh huurun íinun yaitu:
1. Haddid (batasilah)
2. Haddits (ceritakan)
3. Wakkil (bertawakkallah)
4. Rakkiz (pusatkan pikiranmu)
5. ~Aqqib (ikutilah)
6. Yassir (mudakanlah)
7. Naffidz (Laksanakanlah)

1. Haddid (batasilah)
Haddid maksudnya tetapkan dan jadikan sebagai ketetapan yang kokoh yang tidak dapat digoyahkan terhadap apa yang ingin kita lakukan artinya ikatlah dengan niat yang kuat tanpa ada keraguan.
Di sana terdapat perbedaan antara antara haddid dengan inginkanlah, perbedaan tersebut seperti antara kesungguhan dan kemalasan. Untuk lebih jelasnya maka penulis memberikan sebuah gambaran yaitu tetntan bangun tengah malam. Orang yang menginginkan bangun tengah malam belum tentu dia bisa bangun untuk mengerjakan shalat walaupun menggunakan jam beker karena kerena ia tdak menetapkan hanya sekedar keinginan yang bercampur dengan keraguan, begi pula sebaliknya orang yang memiliki tekad yang kuat dan tidak diragukan lagi, maka ia bisa bangun pada waktu yang ditetapkan tanpa menggunakan jam beker.
Untuk menyingkap kebenaran kunci batasilah, maka ada enam alat yang sangat penting sekali yaitu:
1. Kam (berapa)
Penerapan alat ini sangat penting dalam menghafa Al Quran yaitu hendaknya seorang penghafal menetapkan berapa ayat atau juz yang ingin ia hafal. Dalam perencanaan tersebut harus disesuikan dengan kemampuan kita jangan sampai membuat program jauh dari kemampuan karena itu bisa mematikan semangat dalam menghafal Al Quran, karena apa yang kita inginkan tidak mampu kita capai.
Setelah menetapkan berapa yang ingi kita hafal baru kita mentapkan atau mengatur jadwal waktu yang diperlukan untuk mencapi apa yang kita tetapkan. Penetapan waktu tersebut hendanya disesuaikan dengan akatifitas kesehariian kita seperti aktifitas kuliah, olahraga, membuat makalah dll.
Termasuk hala yang terpenting dalam menggunakan alat ini adalah menhitung berapa yang telah diselesaikan dan berapa yang tersisa. Apabila telah sampai waktu yang ditaetapkan dan ternyata hafalan yang kita inginkan tidaka sesuai, maka kita harus mengoreksi kembali apa yang salah dalam menjalankan program tersebut dan berusaha untuk memperbaikinya.
2. Mataa (kapan)
Ini adalah merupakan kuci yang sangat besar manfaatnya, seorang berhasil mencapai apa yang dia cita-citakan karena ia mampu menerapkan kunci-kunci tersebut denag sebaik-baiknya.
Adapun penerapan kunci ini adalah jadwal-jadwal hafalan untuk mencapai target yang kita inginkan, berapa target hafalan yang kita ingincapai dalam waktu tertentu yang sudah kita tetapkan. Dalam membuat jadwal hafala kita harus membagi jadwal tersebut dengan bagian masing-masing seperti kita menetapkan waktu untuk murajaáh secara umum, menetapkan waktu untuk murajaáh fase atau hafalan tertentu, dan menetapkan waktu untuk menghafal penggalan surah atau ayat baru.
Kita perlu menyadari bahwa apabila kita ingin menghafal Al Quran, maka kita mempunyai tugas ganda yaitu sebagai manajer dan sebagai pekeja, artinya sebagai seorang yang ingi menghafal Al Quran, maka ia harus menjalankan tugas ganda ini yaitu tugas sebagai manajer membuat program dan peraturan serta mengadakan pengawasan terhadap peraturan tersebut apakah sudah terlaksana dengan baik atau belum serta mencari kendala dan solusinya, adapun sebagai pekerja seorang penghafal harus bekerja dengan baik sesuai aturan yang telah ditetapkan, disiplin dalam menjalankan program tersebut untuk mencapi apa yang diinginkan.
Oleh karena itu manfaatkanlah waktu dengan sebaik-baiknya, sisihkanlah waktu untuk menghafal Al Quran, yakin dan percaya apa yang kita hafal suatu saat akan bermanfaat, kalau kita belum merasakan manfaatnya selama kita kuliah pasti suatu saat kita akan memetik manfaatnya.
3. ´Aina (dimana)
Kunci atau alat ini menjelaskan tentang tempat atau wadah atau tempat serta factor-faktor pendukung lainnya. Setelah kita mempunyai niat yang ikhlas untuk menghafal Al Quran, maka tentunya kita harus mencari tempat atau wadah yang memfasilitasi hal tersebut. Alhamdulillah kampus kita STAIN Samarinda sudah mempunyai wadah tersendiri yang memfasilitasi mahasiswa yang ingin menghafal Al Quran, ini adalah merupakan wadah yang cocok bagi mahasiswa untuk mengembangkan potensi dirinya dalam bidang tahfidzul Quran.
Disamping itu kita memerlukan pendorong dan pendukung untuk mencapai apa yang kita ingin capai yaitu menghafal Al Quran sampai batas yang telah kita tetapkan. Adapun factor pendukung dan pendorong tersebut bisa kita dapatkan dengan berbagai cara diantaranya mencari teman yang mempunyai potensi diri dalam bidang tahfidzul Quran, membaca buku-buku yang dapat memotipasi diri dalam menghafal Al Quran, mengadakan perjanjian dengan teman yang mempunyai tujuan yang sama untuk berlomba dalam menghafal Al Quran sampai batas tertentu, dll.
4. Maadza (apa)
Kunci yang keempat ini mencakup tentang tujuan yaitu apa yang kita inginkan? Adalah merupakan pintu gerbang pertama untuk membuat ketetapan tekad yang benar.
`` Apa`` mencakup ilmu yang dalam, luas dan terperinci terhadap kandungan tujuan yang kita berusaha untuk mewujudkannya dari setiap bagian diri, kita mengetahúinya dan tetulis, bahkan hadir di dalam hati yang dalam setiap waktu.
5. Limadzaa (kenapa)
Pertayaan ini merukan pembeda dan pemisah antara orang yang berhasil dan oang yang gagal. Barang siapa yang memiliki jawaban yangjelas terhadap pertanyaan tersebut, maka itulah yang akan cepat berhasil.
Menjalankan alat ini membutukan kerja keras di luar kebiasaan karena terdorong oleh jawaban ata pertanyaan tersebut yaitu kenapa saya menghafal Al Quran?, apa yang saya dapatkan apabila saya tidak berhasil mencapai target yang say inginkan? Serta apa akibatnya apabila target tersebut tidak terapai?. Jawaban terhadap pertayaan tersebut terletak pada diri masing-masing berikanlah jawaban yang terbaik atas tiga pertanyaan tersebut dan berusahalah untuk selalu mengingat hal tersebut karena hal itu besa memotopasi kamu dalam menghafal Al Quran. Agar hal tersebut lebih efektif, maka disarankan kepada penghafal untuk mncatatnya dalam buku tertentu. Buatlah buku khusus yang berkaitan dengan Tahfidzul Quran.
6. Kaifa (bagaimana)
Alat ini juga sangat penting dan sangat menentukan keberhasilan seseorang dalam mencapai tujuan. Terkadang orang menyepelehkanhal ini padahal justru perannya dalam menghafal al Quran sangat besar.
Alat ini membahas tentang metode yaitu bagaimana menghafal Al Quran sebagaimana yang telah dijelaskan.
2. Haddis (Ceritakan)
Setelah selesai menetapkan tekad dan tujuan dalam menghafal Al Quran dengan bentuk yang sempurna dari segal segi, kita membutuhkan hafalan perasaan, pikiran dan pengetahuan yang menyertai kita dalam melaksanakan tekad ini. Oleh karena itu kita sangat membutuhkan kunci ini agar apa yang kita inginkan dapat tercapai.
Kunci ini maksudnya ringkasan rencana, menghafal dan mengulang-ulang pikiran tentangnya sepanjang waktu agar berada di ingatan yang paling terdepan, sehingga diperoleh pemfokusan pikiran kepadanya, selalu mengingatnya dan selalu melaksanakannya.
Kita perlu mengetahui bahwa dalam perjalanan untuk menccapai tujuan kita akan menghadapi berbagai macam duri dan tantangan dan hanya orang yang mempunyai tekad yang kuatlah yang dapat melawatinya. Oleh karena itu kita perlu mempersiapkan diri untuk menghadapi tantangan tersebut jangan sampai tekad yang suci dikalahkan oleh syaithan-syaithan yang senantiasa menyesatkan kita.
Dalam menempu perjalanan tersebut kamu akan mendapatkan pengaruh-pengaruh yang melemahkan semangatmu untuk menghafal Al Quran baik yang berasal dari dirimu sendiri maupun dari teman dan sahabat karib. Untuk itu sebelum kamu menghadapi hal tersebut kamu membutuhkan senjata kuat untuk melawan dengan segala kekuatan. Hati-hatilah dari orang-orang yang berusaha menghalangimu dalam mewujudkan rencanamu, diantara mereka ada yang berkata kepadamu ´´sulit, tidak mungkin, mustahil´´, dan mendekatlah kepada orang yang memberikan semangat kepadamu dan menolongmu.
Kunci ini menyerupai media yang harus disebarkan di dalam pribadi diri kita, setelah kita mempunyai tekad. Berusahalah untuk mempertahankan tekad tersebut dan berusahalah dengan sungguh-sungguh untuk mencapai tekad tersebut. Ada beberapa cara ynag bisa kita lakukan untuk senantiasa menghidupkan tekad tersebut yaitu:
1. Membuat buku khusus yang berisi tentang semua tekad yang kita ingin wujudkan disertai dengan manfaat kesuksesan dan mudharat apabila terjadi kegagalan.
2. Membuat tulisan di papan pengumuman yang berada di dalam kamarmu atau di tempat yang lain yang mana kamu dapat melihatnya di kebanyakan harimu.
3. Berkonsultasilah kepada orang yang berpengalaman apabila kamu mengalami masalah, ceritakan tekadmu yang sudah tertanam dan mintalah petunjuk jalan untuk mencapai tekadmu tersebut.
3. Wakkil (Bertawakkallah)
Dalam berusaha jangan lupa kunci ini yaitu bertawakkallah kepada Allah dengan berbaik sangka kepadanya dan keyakinan yang kuat adalah jalan untuk mewujudkan tujuan, menyampaikan kepda keingina dan harapan untuk mewujudkan cita-cita yang luhur. Allah ta´la menurut persangkaan hambaNya, jika hambanya berprasangka baik kepadanya, maka Allah akan memberikannya. Maka selayaknya berprasangka baiklah dengan perasangka yang kokoh tidak ada keraguan dan tidak hanya coba-coba. Mohonlah kepada Allah agar diberikan jalan dan kemudahan dalam mencapai apa yang kamu inginkan.
4. Rakkiz (Pusatkan pikiranmu)
Penerapan kunci harus secara bertahap. Pusatkan segala kemmpuan dan pikiran untuk mencapai tujuan. Mulailah dari tangga yang paling bawah dan berlahan-lahan naik ke tangga selanjutnya. Sesungguhnya terburu-buru adalah penyakit kronis yang bisa menghabisi upaya orang yang berbuat kebaikan. Semangat tanpa pemikiran yang bukan pada tempatnya adalah penyakit yang di dalam dunia pendidikan yang sangat berbahaya sekali.
Dalam menerapkan kunci ini pusatkanlah pikiranmu kepada tujuan, laksanakan secara perlahan-lahan sesuai dengan kemampuanmu, jangan engkau membuat program yang berada di luar kemampuanmu, suatu contoh seorang yang ngin menghafal Al Quran 30 juz dalam waktu 3 bulan sedang kemampuannya tidak sebanding. Program seperti ini mematahkan semangat dan biasanya orang cepat putus asa. Melangkahlah dengan pelan dan hati-hati tetai pasti sesuai dengan program hafalan kita.
Sebagian orang apabila dikatakan kepada mereka apakah kamu ingin menghafal Al Quran 30 juz dengan pelan dan pasti dalam jangka 5 tahun? Dia akan menjawab lima tahun lama sekai, saya bisa menghafalnya kurang dari satu tahun. Kemudian berlalulah lima tahun kemudian di tambah lagi, dan dia belum menghafal sedikit pun dari Al Quran.
5. `Aqqib (ikutilah)
Makana `akkib yaitu perjalanan di belakang rencna dengan menggunakan alat bantu yang bisa mengikuti perjalanan rencana sampai bisa menyeleseaikannya.
`Aqqib terbagi menjadi dua bagian yaitu:
1. Mengikuti yang terbagi menjadi dua sisi yaitu:
a. Mengikuti pelaksanaan
Mengikuti pelaksanaan adalah meletakkan jadwal yang menjelaskan waktu-waktu secara terperinci untuk menyelesaikan suatu rencana. Disinilah kita dapat melihat sejauh man keserasian antara perencanaan dan pelaksanaan serta membetulkan apa yang harus dibetulkan.
Termasuk hal yang penting dalam menajemen perencanaan yaitu mencatat hasil dari pelaksanaan dari awal pelaksanaan dengan mencatat hasil yang pertama disertai dengan catatan waktu dan segala kejadiannya dengan sempurna dengan mengikuti metode pencatatan yang benar.kemudian menimbang perbedaan, membandingkan berbagai uji coba, mengambil manfaat dari apa yang terlasana, merenungi semua catatan dan lama membacanya karena di dalamnya mengandung semangat dan pendorong, di dalamnya mengandung pelajara dan pengalaman.
Termasuk hal penting dalam pelaksannan ini yaitu mencatat fase-fase penyelesaian tugas berdasarkan hari, hari, tanggal, waktu, perasaan, dan semua yang meliputi percobaan dari hal-hal yang memberikan pengaruh.
b. Mengikuti pelaksanaan dan mengikuti kualitas terbaik
Mengikuti kualitas nterbaik maksudnya menerapkan ukuran dan agenda hafalan, jangan sampai menurunkan diri dari tingkata terbaik dan jangan sampai lupa pada saat menyibukkan sehingga terjadi kekurangan tanpa diketahui dan disadari.
2. Membangkitkan semangat
Hal ini memiliki sarana yang beraneka ragam yang terpenting yaitu:
a. terus mengungatkan tujuan suatu program dan diikuti dengan seluruh sarana pengumuman dan informasi untuk menyampaikan tujuan ini ke dalam jiwa. Tujuan dan maksud dari program hafalan bisa kita ambil dari nash-nash tentang keutamaan menghafal, memahami dan memperhatikan Al Quran.
b. Memilih guru yang kamu percayai mempunyai pengetahuan dan pengalaman tentang hal itu dengan selalu mendatanginya dengan minta arahan sehingga guru tersebut memberikan arahan untuk menyelesaikan hafalan yang besar ini.
c. Mengumumkan programmu kepada teman atau keluarga dengan niat untuk agar mereka memberikan semangat dan doronga, bukan dengan niat membanggakan diri, karena setiap amalan itu tergantung dengan niatnya.
d. Memilih teman dekat yang mempunyai visi yang sama dengan kita. Kamu bisa menantang dia dan dia menantang kamu untuk berlomba dalam menghafal atau menyelesaikan hafalan yang telah ditetapkan dan disepakati.
e. Ingatlah ancaman setan yang termasuk pendorong yang tidak benar yang selalu menggagalkan rencana baik kita. Godaan tersebut bisa berasal dari jin dan manusia.
6. Yassir (mudahkanlah)
Ini adalah merupakan kunci yang agung kedudkannya, Nbi sendiri ketika beliau ditanya tentang amal apa yang paling dicintai disisi Allah? Beliau menjawa “amalan yang kontinue meskipun sedikit”. Inilah pentingnya kunci ini mengarahkan kita untuk tidak membebani diri kita dengan beban yang berat. Oleh karena itu dalam menghafa AlQuran hendaklah membuat program yang sesuai dengan kemampuan kita karena banyaknya aktifitas yang kita ingin lakukan sehingga waktu untuk menghafal kurang.
Hal ini membutuhkan proses yang lama mebutuhkan fase-fase namun apabila kita selalu kontinue melaksanakannya maka suatu saat pasti akan sampai. Jangan terlalu membesarkan suapan karena barang siapa yang membesarkan suapa maka dia akan tersedak, maka jadikanlah penyelesaian tujuanmu seperti makananmu sesuap demi sesuap, satu porsi demi satu porsi, jangan berhenti dan janga tertahan, akan tetapi sehari demi sehari secara kontinue.
7. Naffidz (laksanakanla)
Kunci ini merupakan penerapan atas segala program hafalan yang telah kita tetapkan. Adapun apabila pelaksanaannya terhalang dan tertahan wajib bagi kita untuk mengoreksi diri sendiri dalam menerapkan kuci –kunci ini satu persatu sampai jelas sebab kekurangannya sehingga bisa sempurna perbaikannya.

VI. Teori Takrir
Hafalan yang sudah diperdengarkan kepada instruktur yang sudah dihaal dengan lancar bisa saja hilang tanpa bekas apabila tidak diulang-ulang atau ditakrir. Mengulang bacaan yang sudah kita hafal tidak sesulit menghafal materi baru karena sudah mempunyai bekas, berbeda dengan menghafal materi baru bagaikan baru merintis jalan, sedangkan mengulang bacaan ibarat mempermulus jalan yang sudah dirintis tadi.
Materi yang sudah kita perdengarkan kepada instruktur harus mendapat perimbangan dengan takrir. Tidak bleh takrir jauh ketinggalan dari tahfidsnya. Dalam hal ini perimbangan tahfizh dan takrir yaitu 1 banding 10, artinya apabila penghafal mempunyai kesanggupan hafalan baru dalam sehari sebanyak satu halaman, maka harus diimbangi dengan takrir sebanyak 10 halaman. Setelah sampai 1 Juz harus mendapat imbangan takrir 10 kali demikian seterusnya.
Untuk memudahkan pembaca dalam membuat jadwal kegiatan dalam menghafal Al Quran, maka penulis mencantumkan beberapa pertanyaan penting yang nantinya dapat diisi dengan menyesuaikan kondisi dan kesibukan dalam aktifitas kuliah. Hal ini sangat membantu kita dalam menyusun jadwal kegiatan hafalan secara privat:
1 Mengapa saya menghafal Al quran?
2 Apa pentingnya menghafal Al quran bagi saya?
3 Apa yang dapat memotivasi saya dalam menghafal Al quran?
4 Jam berapa saya menghafal hafalan baru dari Al quran?
5 Jam berapa saya menakrir hafalan yang telah saya hafal?
6 Berapa jam yang saya butuhkan untuk menghafal hafalan baru?
7 Berapa jam yang saya butuhkan untuk menakrir hafalan yang telah saya hafal?
8 Hari apa saya menghafal hafala baru dari Al quran?
9 Setiap hari apa saya menakrir hafalan yang telah saya hafal?
10 Berapa ayat yang saya ingin hafal setiap hari?
11 Berapa ayat yang saya hafal dalam seminggu?
12 Berapa ayat yang saya hafal dalam sebulan?
13 Berapa ayat yang saya hafal dalam setahun?
14 Berapa juz yang harus saya hafal sampai tamat dari STAIN?
15 Hari apa saya mentashih hafalan yang baru saya hafal?
16 Berapa ayat yang harus saya tashih pada hari itu?
17

VII. Fadhilah Menghafal Al-Quran Berikut adalah Fadhail Hifzhul Qur'an (Keutamaan menghafal Qur'an) yang dijelaskan Allah dan Rasul-Nya, agar kita lebih terangsang dan bergairah dalam berinteraksi dengan Al Qur'an khususnya menghafal
A. Fadhilah Dunia
1. Hifzhul Qur'an merupakan nikmat rabbani yang datang dari Allah
Bahkan Allah membolehkan seseorang memiliki rasa iri terhadap para ahlulQur'an,
"Tidak boleh seseorang berkeinginan kecuali dalam dua perkara, menginginkan seseorang yang diajarkan oleh Allah kepadanya Al Qur'an kemudian ia membacanya sepanjang malam dan siang, sehingga tetangganya mendengar bacaannya, kemudian ia berkata, 'Andaikan aku diberi sebagaimana si fulan diberi, sehingga aku dapat berbuat sebagaimana sifulan berbuat'(HR.Bukhari) Bahkan nikmat mampu menghafal Al Qur'an sama dengan nikmat kenabian, bedany ia tidak mendapatkan wahyu, "Barangsiapa yang membaca (hafal) Al Qur'an, maka sungguh dirinya telah menaiki derajat kenabian, hanya saja tidak diwahyukan kepadanya." (HR. Hakim)
2. Al Qur'an menjanjikan kebaikan, berkah, dan kenikmatan bagi penghafalnya
"Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al Qur'an dan mengajarkannya" (HR.Bukhari dan Muslim)
3. Seorang hafizh Al Qur'an adalah orang yang mendapatkan Tasyrif nabawi (penghargaan khusus dari Nabi SAW)
Di antara penghargaan yang pernah diberikan Nabi SAW kepada para sahabat penghafal Al Qur'an adalah perhatian yang khusus kepada para syuhada Uhud yang hafizh Al Qur'an. Rasul mendahulukan pemakamannya. "Adalah nabi mengumpulkan di antara dua orang syuhada Uhud kemudian beliau bersabda, "Manakah di antara keduanya yang lebih banyak hafal Al Qur'an, ketika ditunjuk kepada salah satunya, maka beliau mendahulukan pemakamannya di liang lahat."(HR.Bukhari)
Pada kesempatan lain, Nabi SAW memberikan amanat pada para hafizh dengan mengangkatnya sebagai pemimpin delegasi.
Dari Abu Hurairah ia berkata, "Telah mengutus Rasulullah SAW sebuah delegasi yang banyak jumlahnya, kemudian Rasul mengetes hafalan mereka, kemudian satu per satu disuruh membaca apa yang sudah dihafal, maka sampailah pada Shahabi yang paling muda usianya, beliau bertanya, "Surat apa yang kau hafal? Ia menjawab,"Aku hafal surat ini.. surat ini.. dan surat Al Baqarah." Benarkah kamu hafal surat Al Baqarah?" Tanya Nabi lagi. Shahabi menjawab, "Benar." Nabi bersabda, "Berangkatlah kamu dan kamulah pemimpin delegasi." (HR. At-Turmudzi dan An-Nasa'i)
Kepada hafizh Al Qur'an, Rasul SAW menetapkan berhak menjadi imam shalat berjama'ah.Rasulullah SAW bersabda,
"Yang menjadi imam suatu kaum adalah yang paling banyak hafalannya." (HR. Muslim)
4.Hifzhul Qur'an merupakan ciri orang yang diberi ilmu "Sebenarnya, Al Quran itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang zalim." (QS Al Ankabuut 29:49)
5. Hafizh Qur'an adalah keluarga Allah yang berada di atas bumi "Sesungguhnya Allah mempunyai keluarga di antara manusia, para sahabat bertanya, "Siapakah mereka ya Rasulullah?" Rasul menjawab, "Para ahli Al Qur'an. Merekalah keluarga Allah dan pilihan-pilihan-Nya." (HR. Ahmad)
6. Menghormati seorang hafizh Al Qur'an berarti mengagungkan Allah
"Sesungguhnya termasuk mengagungkan Allah menghormati orang tua yang muslim, penghafal Al Qur'an yang tidak melampaui batas (di dalam mengamalkan dan memahaminya) dan tidak menjauhinya (enggan membaca dan mengamalkannya) dan Penguasa yang adil." (HR. Abu Daud)
B. Fadhail Akhirat
1. Al Qur'an akan menjadi penolong (syafa'at) bagi penghafal Dari Abi Umamah ra. ia berkata, "Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, "Bacalah olehmu Al Qur'an, sesungguhnya ia akan menjadi pemberi syafa'at pada hari kiamat bagi para pembacanya (penghafalnya)."" (HR. Muslim)
2. Hifzhul Qur'an akan meninggikan derajat manusia di surge Dari Abdillah bin Amr bin 'Ash dari Nabi SAW, beliau bersabda, "Akan dikatakan kepada shahib Al Qur'an, "Bacalah dan naiklah serta tartilkan sebagaimana engkau dulu mentartilkan Al Qur'an di dunia, sesungguhnya kedudukanmu di akhir ayat yang kau baca." (HR. Abu Daud dan Turmudzi) Para ulama menjelaskan arti shahib Al Qur'an adalah orang yang hafal semuanya atau sebagiannya, selalu membaca dan mentadabur serta mengamalkan isinya dan berakhlak sesuai dengan tuntunannya.
3. Para penghafal Al Qur'an bersama para malaikat yang mulia dan taat
"Dan perumpamaan orang yang membaca Al Qur'an sedangkan ia hafal ayat-ayatnya bersama para malaikat yang mulia dan taat." (Muttafaqun ?alaih)
4. Bagi para penghafal kehormatan berupa tajul karamah (mahkota kemuliaan)
Mereka akan dipanggil, "Di mana orang-orang yang tidak terlena oleh menggembala kambing dari membaca kitabku?" Maka berdirilah mereka dan dipakaikan kepada salah seorang mereka mahkota kemuliaan, diberikan kepadanya kesuksesan dengan tangan kanan dan kekekalan dengan tangan kirinya. (HR. At-Tabrani)
5. Kedua orang tua penghafal Al Qur'an mendapat kemuliaan Siapa yang membaca Al Qur'an, mempelajarinya, dan mengamalkannya, maka dipakaikan mahkota dari cahaya pada hari kiamat. Cahayanya seperti cahaya matahari dan kedua orang tuanya dipakaiakan dua jubah (kemuliaan) yang tidak pernah didapatkan di dunia. Keduanya bertanya, "Mengapa kami dipakaikan jubah ini?" Dijawab,"Karena kalian berdua memerintahkan anak kalian untuk mempelajari Al Qur'an." (HR.Al-Hakim)
6. Penghafal Al Qur'an adalah orang yang paling banyak mendapatkan pahala dari Al-Qur'an
Untuk sampai tingkat hafal terus menerus tanpa ada yang lupa, seseorang memerlukan pengulangan yang banyak, baik ketika sedang atau selesai menghafal. Dan begitulah sepanjang hayatnya sampai bertemu dengan Allah. Sedangkan pahala yang dijanjikan Allah adalah dari setiap hurufnya. "Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Al Qur'an maka baginya satu hasanah, dan hasanah itu akan dilipatgandakan sepuluh kali. Aku tidak mengatakan Alif Lam Mim itu satu huruf, namun Alif itu satu huruf, Lam satu huruf dan Mim satu huruf. (HR. At-Turmudzi)
7. Penghafal Al Qur'an adalah orang yang akan mendapatkan untung dalam perdagangannya dan tidak akan merugi "Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi, agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri." (QS Faathir 35:29-30)
Adapun fadilah-fadilah lain seperti penghafal Al Qur'an tidak akan pikun, akalnya selalu sehat, akan dapat memberi syafa'at kepada sepuluh orang dari keluarganya, serta orang yang paling kaya, do'anya selalu dikabulkan dan pembawa panji-panji Islam, semuanya tersebut dalam hadits yang dhaif. "Ya Allah, jadikan kami, anak-anak kami, dan keluarga kami sebagai penghafal Al Qur'an, jadikan kami orang-orang yang mampu mengambil manfaat dari Al Qur'an dan kelezatan mendengar ucapan-Nya, tunduk kepada perintah-perintah dan larangan-larangan yang ada di dalamnya, dan jadikan kami orang-orang yang beruntung ketika selesai khatam Al Qur'an. Allahumma amin.
baca selanjutnya..

membuat readmore

baca selanjutnya..

Jumat, 03 Juni 2011

Kesalahan dalam jual beli di indonesia

Setiap orang tentunya dalam kehidupan sehari hari tidak lepas dari kebutuhan untuk membeli sesuatu,akan tetapi perlu kita tindak lanjuti tentang tata cara jual - beli yang keliru dalam kaca mata islam,

contohnya bagi penjual :
menjual barang yang belum siap di panen,atau dalam fiqih di katakan ijon.misalnya menjual durian yang masih mengkal,dan lain sebagainya.

sedangkan contoh kesalahan dalam pembeli yaitu :
ketika makan di warung membayar makanan nya selalu ketika selesai memakan nya,sungguh ini sudah menyalahi ketetapan fiqih yang mengatur masalah khiar atau jual beli,karena di dalam kitab fiqih di jelaskan ketika kita hendak memakan makanan yang kita santap atau makan di warung tersebut di wajibkan untuk menanyakan harga dan membayarnya ketika sebelum makan.

yang perlu kita fikirkan kenapa hanya di KFC , TEXAS ,AFC yang bayar duluan sebelum memakan ayam tersebut.padahal yang punya perusahaan KFC ,TEXAS ,AFC,adalah di awali dari orang orang barat yang beragama non muslim yaang mampu mengaplikasikan hukum syariah islam.kita berharap pemerintah beserta para ulama dapat bekerja sama untuk memjelaskan masalah jual beli ini dalam suatu seminar di setiap kota-kota yang ada di indonesia. baca selanjutnya..

Nasihat Ibrahim Bin Adham Dalam Mencapai Derajat Orang -Orang Shalih

Ibrahim Bin Adham berkata :''kamu tidak akan mencapai derajat orang shalih kecuali melalui enam jalan berikut :
1.Tutuplah pintu kesenangan buka pintu kesungguhan,
2.Tutuplah pintu kesombongan dan bukalah pintu ke tawadhuan atau kerendah hatian,
3.Tutuplah pintu bersantai bukalah pintu perjuangan,
4.Tutuplah pintu tidur buka pintu bnagun malam untuk sholat malam,
5.Tutuplah pintu kekayaan dab bukalah pintu kemiskinan,
6.dan Tutuplah pintu khayalan bukalah pintu persiapan kematian . baca selanjutnya..

Rabu, 01 Juni 2011

PUISI PERSATUAN

PERSATUAN

Persatuan dan Kesatuan adalah perintah Illahi Robbi
Perintah yang mutlak harus di taati oleh setiap muslim sejati
Untuk mengharap surga firdausi yang terjanji
Itulah kemenangan yang hakiki


Persatuan dan Kesatuan bagaikan bangunan kokoh menjulam tinggi
Tak kenal suku ,kelompok ataupun warna diri
Satu sakit semua akan merasa tersakiti
Bersatu hanya untuk megharap ridho robbul izzati


Persatuan dan Kesatuan telah bergema sejak 14 abad yang lalu oleh sang nabi
al muslimu ya suddu ala baduum badho
satukan barisan dalam shaf yang rapi
fadkuli fi ibadi wadkhuli jannati
itulah janji illahi robbi pada hambanya yang di sayangi baca selanjutnya..

HUKUM MENGKONSUMSI ROKOK

Dalah syarahan kitab tadzkirah al ikhwan fi bayn hukm syurb al qohwah wa dukhan,karya Syeikh Dahlan AS Samarani dan Syeikh Ihsan di jelaskan ada pro-kontra hukum rokok mulai abad ke 10 H /16 M Sampai saat ini.menurut syeikh Dahlan AS Samarani dan Syeikh Ihsan, Rokok hukumnya makruh .meski demikian hukum makhruh ini tidak tetap.bisa berubah jadi wajib jika seorang perokok aktif merasa badan nya sakit dan tidak semangat dalam bekerja gara gara tidak merokok.bisa pula hukum rokok menjadi haram ,jika kita sudah dalam keadaan sakit yang parah karena sebab merokok,maka dari situ harus berhenti,selain itu hukum rokok bisa menjadi haram pula jika uang yang di gunakan untuk membeli rokok seharusnya untuk menafkahi keluarga ,gara gara beli rokok ,keluarganya tidak jadi makan.di sinilah keluwasan cara berfikir syeikh Dahlan AS Samarani dan Syeikh Ihsan dalam menentukan hukum pada suatu masalah,yang tidak secara ekstrim baca selanjutnya..

AFAATUL LISAN (BAHAYA LISAN )

Di dalam kitab ihya ulumuddin ada 19 penyakit yang di timbulkan oleh lisan yaitu :
1.dusta
2.ghibah
3.janji dusta
4.adu domba
5.buruk sangka
6.menyebarkan aib/kejelekan orang lain
7.melaknat orang
8.berkata kata kotor
9.menghina
1o.banyak bicara
11.menfitnah seseorang
12.memuji diri sendiri
13.berselisih masalah agama dan ketuhanan terlalu berlebihan
14.bersenda gurau dengan cara mengejek orang lain
15.berkata kat yang tiada guna nya
16.berkata kata yang berlebihan
17.berkata kata dalam perkara kebathilan
18.bantah bantahan atau bertengkar
19.perkataan yang membawa kemusyrikan

untuk menghindari 19 penyakit ini salah satu solusinya ialah diam. baca selanjutnya..

Senin, 28 Maret 2011

mendidik anak

Kewajiban mendidik secara tegas di nyatakan dalam pirman Allah dalam surat At-Tahrim ayat 6 ,sbb : “Yaa ayyuhaladzina amanu ku anfusikum wa ahlikum nar” “Wahai orang-orang yang beriman peliharalah diri dan keluargamu dari api neraka “(QS. At -Tahrim : 6).
Perkataan Qur’an di sini adalah kata kerja perintah atau fiel amar yaitu suatu kewajiban yang hams di tunaikan oleh kedua orangtua terhadap anaknya.
Kedua orang tua adalah pendidik yang pertama dan utama bagi anaknya.karena sebelum oranglain mendidik anak ini,kedua orangtuanyalah yang mendidik terlebih dahulu .Bila kita telaah secara mendalam ,memang benar apabila tanggung jawab pendidikan terletak di tangan kedua orang tua dan tidak dapat di pikulkan kepada orang lain,kecuali apabila orang tua merasa tidak mampu melakukan sendiri ,maka bolehlah tanggung jawabnya di serahkan kepada orang lain misalnya dengan cara di sekolahkan.
Tanggung jawab pendidikan yang perlu di sadarkan dan di bina oleh kedua orang tua terhadap anak antara lain:
a.Memelihara dan membesarkannya merupakan tanggung jawab orang tua
berupa dorongan alami untuk di laksanakan ,karena anak memerlukan
makan ,minum dan perawatan ,agar dia dapat hidup secara berkelanjutan
b.Melindungi dan menjamin kesehatannya baik secara jasmaniah maupun
rohaniah dari berbagai gangguan penyakit atau bahaya lingkungan yang
dapat membahayakan dirinya.
c.Mendidiknya dengan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan yang
berguna bagi hidupnya ,sehingga apabila ia telah dewasa ia mampu berdiri
sendiri dan menbantu orang lain .(hablum minanas) serta melaksanakan
kekhalifahannya.
d.Membahagiakan anak untuk dunia dan akhirat dengan memberinya
pendidikan agama sesuai dengan ketentuan allah sebagai tujuan akhir
hidup seorang muslim,tanggung jawabini di kategorikan sebagai tanggung
jawab kepada allah.

adapun Cara Mendidik Keluarga

Cara pendidikan anak dapat di tempuh pula dengan menimbulkan kesadaran berkeluarga,yaitu ia adalah salah satu anggota keluarga di dalam rumahnya.
Ia mempunyai ayah dan ibu serta saudara(kakak atau adik) sekandung banyak pembinaan kepribadian anak yang di lakukan oleh kedua orang tua terhadap anaknya dengan ajaran agama yang berkesinambungan ini dapat di lakukan maka ia dapat di harapkan akan menjadi seorang anak yang kelak akan menjadi manusia yang berkepribadian muslim.Ia akan baik dengan tetangga dan teman sepergaulan atau dengan orang lain akan dalam bermasyarakat di mana ia tinggal.
Dewasa ini para ahli didik mengakui besarnya peranan ibu dalam mendidik anak-anaknya ,kalangan ibu atau wanita di golongkan kepada kaum yang lemah.Meskipun demikian secara kerohanian wanita adalah mahluk allah yang kuat dalam pendirian dan prinsip hidup dalam keluarga. Melalui belaian tangan,ciumannya serta kata-katanya yang lemah lembut anak dengannya.Anak merasa dekat dan lebih sayang kepadanya di bandingkan kedekatan kepada ayahnya. oleh Sigmund freud ,kedekatan anak (laki-laki) ini kepada ibunya di angkat menjadi teori Qodipus complex.Anak sebagai manusia kecil yang sedang menuju ke arah perkembangannya yang sempurna tidak luput dari beberapa tingkah laku dan sikapnya yang dapat mengganggu keharmonisan rumah tangga.
Gangguan akibat pertumbuhan dan perkembangan ini adalah wajar ,namun hubungan kekeluargaan. Beberapa sifat dan sikap yaog mungkin muncul itu antara lain di kemukakan oleh Dr.Sis Heyster dalam bukunya Tahun 1998 ilmu jiwa anak dari masa muda dan juga oleh Cryn dan Reksosiswoyo sebagai berikut: keras hati,keras kepala,manja,merajuk,berkata gagap ,ingin menang sendiri ,frustasi dan gangguan anak yang disebut infant terrible.sifat tingkah laku yang di tampilkan anak-anak di atas terutama oleh anak yang berusia sebelum sekolah antara 3 dan 5 tahnn di bawah ini hanya di bicarakan beberapa buah saja yaitu dusta,gagap dan infant terrible.

dan adapun Upaya keluarga dalam mendidik anak usia Dini (balita)
a.Tidak bersikap memanjakan yang berlebihan jika anak kita sedang menangis tidak
langsung di gendong.
b.Dalam hal mendiamkan anak yang sedang menangis hendaknya di dihindari
dengan cara menakut-nakutiTindakan menakut-nakuti ini akan membentuk sifat
penakut terhadap anak.
c.Dalam hal menyusui anak ,hendaknya di usahakan tidak melewati usia
dua tahun.
d Ajarkan kata-kata pendek yang yang mengandung didikan agama
seperti nama tuhan ,kitab suci dan Iain-lain.
e.Saat memberi makanan ,biasakan orangtua membaca doa dengan suara agak di
keraskan agar anak dapat mendengar ,dan di harapkan dia akan menirunya.
g. Membiasakan cinta kebersihan
h. Tidak raemarahi apalagi membentak atau berkata kasar jika ana merusak barang
yang di rumah.yang perlu kita bina adalah rasa segan anak terhadap orang lain,
i. Ada baiknya hari kelahiran anak di peringati dengan maksud Mendidik anak untuk
mensyukuri nikmat hidup dari tuhan,mendidik anak untuk bermasyarakat ,dengan
dia berkumpul bersama teman-temannya.
j. Dalam banyak hal orang tua harus mampu berperan sebagai guru yang
patut di patuhi dan di turuti oleh anak-anaknya.
Sejauh mana peran orang tua sebagai pendidik terhadap anak yang
berusia TK ini (balita).
a.Orang tua mulai menjelaskan kepada anak bahwa kini dia dapat
menjadi siswa.Dengan begitu anak di minta untuk tidur dan bangun
pada jam yang di tentukan,agar anak mulai di tanamkan rasa
disiplin,menghargai waktu.
b.Ketika anak harus ke sekolah ,seyogyanya tidak selalu harus diantar
,kecuali hari-hari pertama saja,ini di maksud agar anak terlatih.
c.Orang tua harus dapat mengikuti perkembangan anak beserta hasil
belajarnya.
d.Harus memberikan pujian dan penghargaan terhadap prestasi belajar
anak.pemberian hadiah merupakan sesuatu yang membanggakan dan
merupakan kepuasan sendiri.
e.Harus memberikan pujian dan penghargaan terhadap prestasi belajar
anak.pemberian hadiah merupakan sesuatu yang membanggakan dan
merupakan kepuasan sendiri.
f.Orang tua tidak melakukan tindakan yang berlawanan dengan apa
yang di lakukan oleh guru anak kita.

Daftar pustaka
Desmita , 1998 Psikologi perkembangan pergaulan ,.hj.Samsununyati Spsi;
Penerbit PT. Remaja posda

Makmun ,Abu syamsudin WlXfsikologi pendidikan
Subino 1982 ,Bimbingan skripsi, Bandung : ABAYAPARI baca selanjutnya..

mendidik anak berdasarkan kaca mata agama islam

**Pahami anak sebagai individu yang berbeda. Seorang anak dengan yang lainnya memiliki karakter yang berbeda. Memiliki bakat dan minat yang berbeda pula. Karenanya, dalam menyerap ilmu dan mengamalkannya berbeda satu dengan yang lainnya. Sering terjadi kasus, terutama pada pasangan muda, orangtua mengalami ?sindroma? anak pertama. Karena didorong idealisme yang tinggi, mereka memperlakukan anak tanpa memerhatikan aspek-aspek perkembangan dan pertumbuhan anak. Misal, anak dipompa untuk bisa menulis dan membaca pada usia 2 tahun, tanpa memerhatikan tingkat kemampuan dan motorik halus (kemampuan mengoordinasikan gerakan tangan) anak.

فَاتَّقُوا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ

Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu. (At-Taghabun: 16)

Hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

فَإِذَا نَهَيْتُكُمْ عَنْ شَيْءٍ فَاجْتَنِبُوهُ وَإِذَا أَمَرْتُكُمْ بِأَمْرٍ فَأْتُوا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ

Apabila aku melarangmu dari sesuatu maka jauhi dia. Bila aku perintahkan kamu suatu perkara maka tunaikanlah semampumu. (HR. Al-Bukhari, no. 7288)

Kata مَا اسْتَطَعْتُمْ (semampumu) menunjukkan kemampuan dan kesanggupan seseorang berbeda-beda, bertingkat-tingkat, satu dengan lainnya tidak bisa disamakan. Ini semua karena pengaruh berbagai macam latar belakang.

** Memberi tugas hendaklah sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan anak.

لَا يُكَلِّفُ اللهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.(Al-Baqarah: 286)

**Berusahalah untuk selalu menghargai niat, usaha dan kesungguhan anak. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: Rasulullah Shallallahu ?alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ اللهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ

Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada bentuk rupa dan harta kalian, tapi Allah melihat kepada hati (niat) dan amal-amal kalian. (HR. Muslim no. 2564)

Jangan mencaci maki anak karena kegagalannya. Tapi berikan ungkapan-ungkapan yang bisa memotivasi anak untuk bangkit dari kegagalannya. Misal, ‘Abi tidak marah kok, Ahmad belum hafal surat Yasin. Abi tahu, Ahmad sudah berusaha menghafal. Lain kali, kita coba lagi ya.?

** Tidak membentak, memaki dan merendahkan anak. Apalagi di hadapan teman-temannya atau di hadapan umum. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَقُولُوا لَهُمْ قَوْلًا مَعْرُوفًا

‘Dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik.’ (An-Nisa`: 5)

** Tidak membuka aib (kekurangan, kejelekan) yang ada pada anak di hadapan orang lain. Dari Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ?anhuma, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Barangsiapa menutup (aib) seorang muslim, Allah akan menutup (aib) dirinya pada hari kiamat. (HR. Al-Bukhari no. 2442)

** Jika anak melakukan kesalahan, jangan hanya menunjukkan kesalahannya semata. Tapi berilah solusi dengan memberitahu perbuatan yang benar yang seharusnya dia lakukan. Tentunya, dengan cara yang hikmah. ?Umar bin Abi Salamah radhiyallahu ‘anhu berkata:

كُنْتُ غُلَامًا فِي حِجْرِ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم وَكَانَتْ يَدِي تَطِيشُ فِي الصَّحْفَةِ فَقَالَ لِي رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: يَا غُلَامُ، سَمِّ اللهَ وَكُلْ بِيَمِينِكَ وَكُلْ مِمَّا يَلِيْكَ

Saat saya masih kecil dalam asuhan Rasulullah Shallallahu ?alaihi wa sallam, saya menggerak-gerakkan tangan di dalam nampan (yang ada makanannya). Lantas Rasulullah Shallallahu ?alaihi wa sallam menasihatiku, Wahai ananda, sebutlah nama Allah (yaitu bacalah Bismillah saat hendak makan). Makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah dari makanan yang ada di sisi dekatmu. (HR. Al-Bukhari no. 5376)

** Tidak memanggil atau menyeru anak dengan sebutan yang jelek. Seperti perkataan: Dasar bodoh! Ini berdasarkan hadits Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لاَ تَدْعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ إِلاَّ بِخَيْرٍ فَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ يُؤَمِّنُونَ عَلَى مَا تَقُولُونَ

Janganlah kalian menyeru (berdoa) atas diri kalian kecuali dengan sesuatu yang baik. Karena, sesungguhnya malaikat akan mengaminkan atas apa yang kalian ucapkan. (HR. Muslim no. 920)

** Perbanyak ucapan-ucapan yang mengandung muatan doa pada saat di hadapan anak. Seperti ucapan:

بَارَكَ اللهُ فِيْكُمْ

Semoga Allah memberkahi kalian.

Allah Subhanahu wa Ta?ala berfirman:

وَقُولُوا لِلنَّاسِ حُسْنًا

Serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia. (Al-Baqarah: 83)

Juga selalu mendoakan kebaikan bagi sang anak, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta?ala:

وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

Dan orang-orang yang berkata: Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa. (Al-Furqan: 74)

** Berusahalah untuk senantiasa berlaku hikmah dalam menghadapi masalah anak. Tidak mengedepankan emosi. Tidak mudah menjatuhkan sanksi. Telusuri setiap masalah yang ada pada anak dengan penuh hikmah, tabayyun (klarifikasi). Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَمَنْ يُؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ أُوتِيَ خَيْرًا كَثِيرًا

Dan barangsiapa yang dianugerahi al-hikmah itu, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. (Al-Baqarah: 269)

**Berusahalah bersikap adil terhadap anak-anak dan berbuat baik kepadanya.

إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ

‘Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.’(An-Nahl: 90)

** Hindari sikap-sikap dan tindakan yang menjadikan anak mengalami trauma, blocking (mogok), malas atau enggan belajar. Sebaliknya, ciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar. Dari Anas radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

يَسِّرُوا وَلاَ تُعَسِّرُوا، بَشِّرُوا وَلاَ تُنَفِّرُوا

‘Permudah dan jangan kalian persulit. Gembirakan, dan jangan kalian membuat (mereka) lari.’ (HR. Al-Bukhari no. 69)

Wallahu a’lam.

Diambil dari : www.asysyariah.com baca selanjutnya..
Alimul Fadhil H. Muhammad Zaini bin Abdul Ghani al-Banjari (Guru Sekumpul) pernah menyinggung dan menguraikan pembahasan tentang salah satu tema yang selalu aktual diperbincangkan dalam dunia tasawuf, yakni wacana tentang ‘Nur Muhammad’ dalam salah satu pengajian beliau di Komplek al-Raudah Sekumpul Martapura. Untuk membutiri kembali pandangan tentang Nur Muhammad dimaksud seiring dengan peringatan haul beliau yang ke-5 tahun ini (5 Rajab 1431 H ─ 17 Juni 2010 M) berikut tulisan ini dihadirkan guna pencerahan. Apakah yang dimaksud dengan Nur Muhammad tersebut?

Dalam kitab Hikayat Nur Muhammad diceritakan bahwa tubuh manusia (anak Adam) mengandungi tiga unsur, yakni jasad, hati dan roh. Di dalam roh terdapat hakikat, di dalam hakikat tersimpan rahasia, rahasia itulah yang dinamakan makrifah Allah. Di dalam makrifah pula ada zat yang tidak menyerupai sesuatu pun. Rahasia atau makrifah Allah ini dinamakan Insan Kamil. Insan Kamil dijadikan dari Nur yang melimpah dari zat Haqq Ta’ala.

Menurut riwayat, sumber cerita tentang kejadian Nur Muhammad ini bermula dari biografi Nabi Muhammad yang ditulis oleh Ibnu Ishaq (sejarawan Islam). Dalam biografi tersebut, Ibnu Ishaq ada mencatat riwayat yang menyatakan bahwa Allah telah menciptakan Nur Muhammad dan Nur itu telah diwarisi melalui generasi nabi-nabi hingga ia sampai kepada Abdullah bin Abdul Muthalib dan turun kepada Nabi Muhammad Saw. Kemudian terdapat sejumlah hadis yang menerangkan tentang Nur tersebut, antaranya, “sesungguhnya yang mula-mula dijadikan oleh Allah adalah cahaya-ku (Nur Muhammad)………”. Beragam pandangan terhadap hadis ini, ada yang menyatakan maudhu’ (tertolak), dhaif (lemah), bersumber dari falsafah Yunani, tetapi ada pula yang menyatakan bahwa riwayat tersebut boleh diterima karenanya sanadnya bersambung.
Hadis tersebut cukup panjang matannya dan diringkas sebagai berikut: “Dan telah meriwayatkan oleh Abdul Razak dengan sanadnya dari Jabir bin Abdullah ra, beliau berkata: “Ya Rasulullah, demi bapaku, engkau dan ibuku, khabarkanlah daku berkenaan awal-awal sesuatu yang Allah telah ciptakan sebelum sesuatu! Bersabda Nabi Saw: “Ya Jabir, sesungguhnya Allah menciptakan sebelum sesuatu, Nur Nabi-mu daripada Nur-Nya’. Maka jadilah Nur tersebut berkeliling dengan Qudrat-Nya sekira-kira yang dihendaki Allah. Padahal tiada pada waktu itu lagi sesuatu pun; tidak ada lauh mahfuzh, qalam, sorga, neraka, Malaikat, langit, bumi, matahari, bulan, jin dan manusia; tiada apa-apa yang diciptakan, kecuali Nur ini.

Dari nur inilah kemudian diciptakan-Nya qalam, lauh mahfuzh dan Arsy. Allah kemudian memerintahkan qalam untuk menulis, dan qalam bertanya, “Ya Allah, apa yang harus saya tulis?” Allah berfirman: “Tulislah La ilaha illallah Muhammad Rasulullah.” Atas perintah itu qalam berseru: “Oh, betapa sebuah nama yang indah dan agung Muhammad itu, bahwa dia disebut bersama Asma-Mu yang Suci, ya Allah.” Allah kemudian berkata, “Wahai qalam, jagalah kelakuanmu ! Nama ini adalah nama kekasih-Ku, dari Nur-nya Aku menciptakan arsy, qalam dan lauh mahfuzh; kamu, juga diciptakan dari Nur-nya. Jika bukan karena dia, Aku tidak akan menciptakan apa pun.” Ketika Allah telah mengatakan kalimat tersebut, qalam itu terbelah dua karena takutnya akan Allah dan tempat dari mana kata-katanya tadi keluar menjadi tertutup, sehingga sampai dengan hari ini ujung nya tetap terbelah dua dan tersumbat, sehingga dia tidak menulis, sebagai tanda dari rahasia ilahiah yang agung. Maka, jangan seorangpun gagal dalam memuliakan dan menghormati Nabi Suci, atau menjadi lalai dalam mengikuti contohnya (Nabi) yang cemerlang, atau membangkang dan meninggalkan kebiasaan mulia yang diajarkannya kepada kita.………dan seterusnya.
Bagaimana penjelasan Guru Sekumpul tentang Nur Muhammad tersebut? Secara ringkas penjelasan beliau sebagaimana konten materi pengajian yang bertemakan tentang ‘Kesempurnaan’ (penjelasan ini bahkan beliau ulang-ulang tidak kurang dari tiga kali) boleh diringkaskan sebagai berikut:

Beliau memulai penjelasannya dengan ungkapan yang sangat dikenal dalam dunia tasawuf, di mana untuk mengenal Tuhan seseorang harus terlebih dahulu mengenal akan dirinya. Maksudnya, untuk sampai kepada pengenalan terhadap Tuhan, menurut Guru Sekumpul haruslah terlebih dahulu dipahami dua hal. Pertama, ia harus terlebih dahulu mengenal asal mula akan kejadian dirinya sendiri, dari mana, di mana dan bagaimana ia dijadikan? Kedua, ia harus terlebih dahulu mengetahui apa sesuatu yang mula-mula dijadikan oleh Allah Swt. Kedua perkara di atas menjadi prasyarat kesempurnaan bagi para penuntut (salik) dalam mengenal (makrifah) kepada Allah.

Adapun yang mula-mula dijadikan oleh Allah adalah Nur Muhammad Saw yang kemudiannya dari Nur Muhammad inilah Allah jadikan roh dan jasad alam semesta. Bermula dari Nur Muhammad inilah maka sekalian roh (dan roh manusia) diciptakan Allah sedangkan jasad manusia diciptakan mengikut kepada dan dari jasad Nabi Adam as. Karena itu, Nabi Muhammad Saw adalah ‘nenek moyang roh’ sedangkan Nabi Adam as adalah ‘nenek moyang jasad’. Hakikat dari penciptaan Adam as sendiri adalah berasal dari tanah, tanah berasal dari air, air berasal dari angin, angin berasal dari api, dan api itu sendiri berasal dari Nur Muhammad. Sehingga pada prinsipnya roh manusia diciptakan berasal dari Nur Muhammad dan jasad atau tubuh manusia pun hakikatnya berasal dari Nur Muhammad. Jadilah kemudian ‘cahaya di atas cahaya’ (QS. An-Nuur 35), di mana roh yang mengandung Nur Muhammad ditiupkan kepada jasad yang juga mengandung Nur Muhammad. Bertemu dan meleburlah kemudian roh dan jasad yang berisikan Nur Muhammad ke dalam hakikat Nur Muhammad yang sebenarnya. Tersebab bersumber pada satu wujud dan nama yang sama, maka roh dan jasad tersebut haruslah disatukan dengan mesra menuju kepada pengenalan Yang Maha Mutlak, Zat Wajibul Wujud yang memberi cahaya kepada langit dan bumi, dan yang semula menciptakan, sebagaimana mesranya hubungan antara air dan tumbuhan, di mana ada air di situ ada tumbuhan, dan dengan airlah segala makhluk dihidupkan (QS. Al-Anbiya 30). Pengenalan terhadap hakikat Nur Muhammad inilah maqam atau stasiun yang terakhir dari pencarian akan makrifah kepada Allah, Martabat Nur Muhammad inilah martabat yang paling tinggi, dan pengenalan akan Nur Muhammad inilah yang menjadi ‘kesempurnaan ilmu atau ilmu yang sempurna’.

Menarik untuk mengkaji ulang penjelasan Guru Sekumpul di atas dengan membandingkannya kepada penjelasan tokoh-tokoh tasawuf yang juga membahas dan menyinggung tentang wacana ini.
Al-Hallaj yang mencetuskan teori hulul misalnya menyatakan bahwa Nur Muhammad mempunyai dua bentuk, yakni Nabi Muhammad yang dilahirkan dan menjadi cahaya rahmat bagi alam “tidaklah engkau diutus wahai (Muhammad Rasulullah Saw) melainkan menjadi rahmat bagi seluruh alam” (martabat al-a’yanu’l Kharijiyyah) dan yang berbentuk Nur (martabat a’yanu’l Thabitah). Nur Muhammad adalah cahaya semula yang melewati dari Nabi Adam ke nabi yang lain bahkan berlanjut kepada para imam maupun wali; cahaya melindungi mereka dari perbuatan dosa (maksum); dan mengaruniai mereka dengan pengetahuan tentang rahasia-rahasia Illahi. Allah telah menciptakan Nur Muhammad jauh sebelum diciptakan Adam as. Lalu, Allah menunjukkan kepada para malaikat dan makhluk lainnya, bahwa: “Inilah makhluk Allah yang paling mulia”. Oleh itu, harus dibedakan antara konsep Nur (Muhammad) sebagai manusia biasa (seorang Nabi) dan Nur Muhammad secara dimensi spiritual yang tidak dapat digambarkan dalam dimensi fisik dan realiti.

Menurut sufi, Muhyiddin Ibn Arabi, Nur Muhammad sebagai prinsip aktif di dalam semua pewahyuan dan inspirasi. Melalui Nur ini pengetahuan yang kudus itu diturunkan kepada semua nabi, tetapi hanya kepada Ruh Muhammad saja diberikan jawami al-qalim (firman universal).
Sedangkan menurut pencetus teori ‘insan kamil’, Abdul Karim bin Ibrahim al-Jili (1365-1428 M) dalam karyanya, al-Insan al-Kamil fî Ma’rifat al-Awakhir wa al-Awa’il (Manusia Sempurna dalam Mengetahui Allah Sejak Awal hingga Akhirnya), menyatakan bahwa Nur Muhammad memiliki banyak nama sebanyak aspek yang dimilikinya. Ia disebut ruh dan malak apabila dikaitkan dengan ketinggiannya. Tidak ada kekuasaan makhluk yang melebihinya, semuanya tunduk mengitarinya, karena ia kutub dari segenap malak. Ia disebut al-Haqq al Makhluq bih, (al-Haqq sebagai alat pencipta), hanya Allah yang tahu hakikatnya secara pasti. Dia disebut al-Qalam al-A’la (pena tertinggi) dan al-Aql al-Awal (akal pertama) karena wadah pengetahuan Tuhan terhadap alam maujud, dan Tuhanlah yang menuangkan sebagian pengetahuannya kepada makhluk. Adapun disebut al-Ruh al-Ilahi (ruh ketuhanan) karena ada kaitannya dengan ruh al-Quds (ruh Tuhan), al-Amin (ruh yang jujur) adalah karena ia adalah perbendaharaan ilmu tuhan dan dapat dipercayai-Nya. Oleh itu, menurut Al-Jili, lokus tajalli al-Haq yang paling sempurna adalah Nur Muhammad. Nur Muhammad ini telah ada sejak sebelum alam ini ada, ia bersifat qadim lagi azali. Nur Muhammad itu berpindah dari satu generasi ke generasi berikutnya dalam berbagai bentuk para nabi, yakni Adam, Nuh, Ibrahim, Musa hingga dalam bentuk nabi penutup (khatamun nabiyyin), Muhammad Saw.

Banyak lagi penjelasan dan pembahasan tentang Nur Muhammad dimaksud. Karena, memang sejak awal kedatangan dan perkembangan Islam di ‘Bumi Nusantara’, wacana Nur Muhammad dalam berbagai konteksnya sehingga sekarang, telah menarik perhatian umat Islam. Hal ini paling tidak didukung oleh tiga faktor.
Pertama, terlihat dari banyaknya salinan yang beredar pada masa itu berkenaan dengan ‘Hikayat Nur Muhammad’ Misalnya, Hikayat Nur Muhammad naskah Betawi yang disalin pada tahun 1668 M oleh Ahmad Syamsuddin Syah. Menurut Ali Ahmad (2005) sehingga sekarang, sekurang-kurangnya terdapat tujuh versi Hikayat Nur Muhammad.

Kedua, apresiasi terhadap konsep Nur Muhammad telah mendorong lahirnya karya klasik ulama Nusantara yang secara khusus berisikan pembahasan tentang teori ini. Antaranya adalah kitab Asrar al-Insan fi Makrifah al-Ruh wa al-Rahman karya Nuruddin al-Raniri (Aceh), tiga kitab karangan Hamzah Fansuri (Barus-Aceh); Asrar al-‘Arifin, Syarab al-‘Asyiqin, dan al-Muntahi, serta Nur al-Daqa’iq oleh Syamsuddin al-Sumaterani (Pasai). Dalam kitab Asrar al-Insan dijelaskan bahwa Allah menjadikan Nur Muhammad dari tajalli (manifestasi) sifat Jamal-Nya dan Jalal-Nya, maka jadilah Nur Muhammad itu khalifah di langit dan di bumi; Nur Muhammad adalah asal segala kejadian di langit dan di bumi. Di dalam kitab Asrar al-’Arifin dibincangkan teori wahdah al-wujud yang semula diperkenalkan oleh Abdullah Arif dalam Bahr al-Lahut dan Ibnu Arabi, kemudian dikembangkan lagi oleh Muhammad bin Fadhlullah al-Burhanpuri melalui teori Martabat Tujuh dalam kitab Tuhfah al-Mursalah ila Ruh al-Nabi. Kemudian, dalam al-Muntahi, Hamzah menyatakan bahwa wujud itu satu yaitu wujud Allah yang mutlak. Wujud itu bertajalli dalam dua martabat; ahadiyah dan wahidiyah. Dalam kitab Nur al-Daqa’iq juga dibahas tentang wujudiyah dan martabat tujuh.

Variasi teori Nur Muhammad dalam bentuk martabat tujuh boleh didapati pembahasannya dalam beberapa kitab yang ditulis oleh ulama Melayu Nusantara, antaranya adalah dibahas dalam kitab Siyarus Salikin yang dikarang oleh Syekh Abdul Shamad al-Palimbani; kitab Manhalus Syafi (Uthman el-Muhammady, 2003) yang dikarang oleh Syekh Daud bin Abdullah al-Fathani; Pengenalan terhadap Ajaran Martabat Tujuh yang dikarang atau dinukilkan kepada Syekh Abdul Muhyi Pamijahan; dan kitab al-Durr al-Nafis yang di karang oleh Syekh Muhammad Nafis al-Banjari. Oleh itu, Syekh Muhammad Nafis al-Banjari dengan kitabnya Al-Durr al-Nafis ditegaskan oleh Wan Mohd Shagir Abdullah (2000) sebagai salah seorang ulama Banjar penganjur ajaran tasawuf Martabat Tujuh di Nusantara.

Dalam teori martabat tujuh dipahami bahwa dunia manusia merupakan dunia perubahan dan pergantian, tidak ada sesuatu yang tetap di dalamnya. Segalanya akan selalu berubah, memudar, dan setelah itu akan mati. Oleh karena itulah, manusia ingin berusaha mengungkap hakikat dirinya agar dapat hidup kekal seperti Yang Menciptakannya. Untuk mengungkap hakikat dirinya, manusia memerlukan seperangkat pengetahuan batin yang hanya dapat dilihat dengan mata hati yang ada dalam sanubarinya. Seperangkat pengetahuan yang dimaksud adalah ilmu ma‘rifatullah. Ilmu ma’rifatullah merupakan suatu pengetahuan yang dapat dijadikan pedoman bagi manusia untuk mengenal dan mengetahui Allah. Ilmu ma‘rifatullah terbahagi menjadi dua macam, yaitu ilmu ‘makrifat tanzih’ (transeden) dan ‘ilmu makrifat tasybih’ (imanen). Tuhan menyatakan diri-Nya dalam Tujuh Martabat, yaitu martabat pertama disebut martabat tanzih (la ta‘ayyun atau martabat tidak nyata, tak terinderawi) dan martabat kedua sampai dengan martabat ketujuh disebut martabat tasybih (ta‘ayyun atau martabat nyata, terinderawi). Yakni, martabat Ahadiyyah (ke-’ada’-an Zat yang Esa); martabat Ahadiyyah (ke-’ada’-an Zat yang Esa); martabat Wahidiyyah (ke-’ada’-an asma yang meliputi hakikat realitas keesaan); Keempat, martabat Alam Arwah; martabat Alam Mitsal; martabat Alam Ajsam (alam benda); dan martabat Alam Insan.

Ketujuh proses perwujudan di atas, keberadaannya terjadi bukan melalui penciptaan, tetapi melalui emanasi (pancaran). Untuk itulah, antara martabat tanzih (transenden atau la ta‘ayyun atau martabat tidak nyata) dengan martabat tasybih (imanen atau ta‘ayyun atau martabat nyata) secara lahiriah keduanya berbeda, tetapi pada hakikatnya keduanya sama. Seorang Sâlik yang telah mengetahui kedua ilmu ma‘rifatullah, baik Ma‘rifah Tanzih (ilmu yang tak terinderawi) maupun Ma‘rifah Tasybih (ilmu yang terinderawi), ia akan sampai pada tataran tertinggi, yaitu tataran rasa bersatunya manusia dengan Tuhan atau dikenal dengan sebutan Wahdatul-Wujûd. Huaian tersebut dapat dianalogikan dengan air laut dan ombak. Air laut dan ombak secara lahiriah merupakan dua hal yang berbeda, tetapi pada hakikatnya ombak itu berasal dari air laut sehingga keduanya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat terpisah.
Ketiga, di Nusantara, Hikayat Nur Muhammad merupakan teks yang populer sekitar abad ke-14 M. Ini dibuktikan dengan tersebar luasnya kitab yang berjudul Tarjamah Maulid al-Mustafa bertahun 1351 M (Ali Ahmad, 2005), dan disinggungnya wacana ini dalam kitab Taj al-Muluk, Qishah al-Anbiya, Bustan al-Salatin, atau Hikayat Ali Hanafiah.

Membandingkan apa-apa yang digambarkan oleh Guru Sekumpul berkenaan dengan Nur Muhammad dengan uraian-uraian ulama terdahulu tampaknya tidak jauh berbeda sebagaimana pandangan umum para sufi dalam melihat Nur Muhammad sebagai yang terawal diciptakan dan kemudiannya menjadi sumber dari segala penciptaan.

Di samping itu, menurut Guru Sekumpul maqam Nur Muhammad adalah maqam paling tinggi dari pencarian dan pendakian sufi menuju makrifah kepada Allah, tiada lagi maqam atau stasiun paling tinggi sesudah ini. Kesimpulannya, berbahagialah orang-orang yang dapat menyandingkan penyatuan sumber asal mula penciptaannya dalam satu harmoni, yakni Nur Muhammad, sebab ia berada pada satu kedudukan yang tinggi dan terbukanya segala hijab baca selanjutnya..
Titik sentral pemikiran Hamka dalam pendidikan Islam adalah “fitrah pendidikan tidak saja pada penalaran semata, tetapi juga akhlakulkarimah”. Pendidikan Menurut Hamka Ada tiga term yang digunakan para ahli untuk menunjukkan istilah pendidikan Islam:
1. Ta’lim:Aspek-aspek pengetahuan dan ketrampilan yang di butuhkan seseorang dalam hidupnya dan pedoman perilaku yang baik.
2. Tarbiyah:Pengembangan ilmu dalam diri manusia dan pemupukan akhlak yakni pengalaman ilmu yang benar dalam mendidik pribadi.
3. Ta’dib: Penguasaan ilmu yang benar dalam diri seseorang agar menghasilkan kemantapan amal dan tingkah laku yang baik.
Dari ketiganya Hamka lebih condong dalam istilah Tarbiyah, karena menurutnya tarbiyah kelihatannya mengandung arti yang lebih komprehensif dalam memaknai pendidikan Islam, baik vertikal maupun horizontal (hubungan ketuhanan dan kemanusiaan).Adapun prosesnya adalah pemeliharaan dan pengembangan seluruh potensi (fitrah) peserta didik, baik jasmaniah maupun rohaniah.

Pandangan Hamka mengenai Tarbiyah:
1) Menjaga dan memelihara per-tumbuhan fitrah (potensi) peserta didik untuk mencapai kedewasaan.
Mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya, dengan berbagai sarana pendukung (terutama bagi akal dan budinya).
2) Mengarahkan seluruh potensi yang dimiliki peserta didik menuju kebaikan dan kesempurnaan seoptimal mungkin.
3) Kesemua proses tersebut kemudian dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan irama perkembangan diri peserta didik.

Sifat seorang pendidik menurut hamka:
1. Kecakapan
2. Akhlak
3. Skill yang baik
Kemudian metode dan materi pendidikan Islam harus disesuaikan dengan kebutuhan anak didik dan dinamika zaman.Materi pendidikan setidaknya mencakup ilmu-ilmu agama, ilmu-ilmu umum, ketrampilan, dan kesenian.Kemudian, menurut Hamka, model pendidikan yang ideal adalah model pesantren, yang mana memiliki tempat belajar, masjid tempat melaksanakan ibadah, dan asrama. Penekanan pentingnya asrama, agar anak didik bias setiap saat melakukan diskusi, diawasi, dan dibimbing secara intensif.
Seorang Pendidik Menurut Hamka
1. Objektif
2. Menjaga akhlak
3. Menyampaikan seluruh ilmu
4. Menghormati keberadaan peserta didik
5. Memberi pengetahuan sesuai dengan kemampuan penerima dan perkembangan jiwa peserta didik.
Hamka dalam memaparkan persoalan pendidikan, selalu mencakup peran keluarga, pendidik dan lingkungan sosial.Peran ini dituntut harmonis. Tidak ada yang lalai antara satu dengan yang lain sehingga proses pendidikan bisa berjalan harmonis juga.
Tiga Aspek Penting bagi Peserta Didik:
1. Jiwa (al-qalb)
2. Jasad (al-jism)
3. Akal (al-'aql)
Aspek paling penting dari ke-3 nya menurut beliau adalah“Masalah Kejiwaan”.Dimana pendidikan “Akhlakulkarimah”terletak di sini.Hamka menekankan, akhlakulkarimah pendidik memang harus terjaga sebelum memberikan pendidikan kepada peserta didik.
Makna pendidikan dan pengajaranmenurut Hamka:
1. Pendidikan Islam merupakan: serangkaian upaya yang dilakukan pendidik untuk membantu membentuk watak, budi, akhlak, dan kepribadian peserta didik, sehingga ia tahu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Oleh kerena itu nilai-nilai yang ditanamkan melalui proses pendidikan haruslah diambil dan bersumber dari nilai-nilai yang terkandung dalam al-qur’an dan hadist nabi . Seperti terdapat dalam surat al-imron ayat 110:

Artinya : “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik”
Pengajaran Islam merupakan: upaya untuk mengisi intelektual peserta didik dengan sejumlah ilmu pengetahuan. Dalam mendefinisikan pendidikan dan pengajaran, ia hanya membedakan makna pengajaran dan pendidikan pada pengertian kata. Akan tetapi
Secara esensial ia tidak membedakannya. Kedua kata tersebut (pendidikan dan pengajaran) merupakan suatu sistem yang saling berhubungan erat, karena setiap proses pendidikan, di dalamnya terdapat proses pengajaran. Keduanya saling melengkapi antara satu dengan yang lain, dalam rangka mencapai tujuan yang sama. Tujuan dan misi pendidikan akan tercapai melalui proses pengajaran. Demikian pula sebaliknya, proses pengajaran tidak akan banyak berarti bila tidak dibarengi dengan proses pendidikan.
Dengan perpaduan kedua proses ini, manusia akan memperoleh kemuliaan hidup, baik di dunia maupun di akhirat.
Pendidikan menurut hamka
Menurut Hamka, proses pendidikan tidak hanya berorientasi pada hal-hal yang bersifat material belaka. Pendekatan yang demikian itu tidak akan dapat membawa manusia kepada kepuasan batin (rohani). Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang dapat mengintegralkan potensi fitrah-Nya yang tinggi dengan potensi akal pikiran, perasaan dan sifat-sifat kemanusiaannya yang lain secara serasi dan seimbang.
Melalui integrasi kedua unsur potensi tersebut, maka peserta didik akan mampu mengetahui rahasia yang tertulis (Al-Qur’an dan Hadis) dan fenomena alam semesta yang tak tertulis (QS. Faathir: 28).
Artinya: Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama[1258]. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun
Melalui pendekatan ini manusia (peserta didik) akan dapat menyingkap rahasia keagungan dan kebesaran-Nya, sekaligus untuk mempertebal keimanannya kepada Allah. Namun demikian, pendidikan bukan berarti hanya berorientasi pada hal-hal yang bersifat metafisik belaka.Dalam melaksanakan tugasnya sebagai khalifah fi al-ardh, manusia juga memerlukan pendidikan yang bersifat material. Hanya melalui pendekatan kedua proses tersebut, manusia akan dapat melaksanakan tugas dan fungsinya di muka bumi ini dengan sebaik-baiknya.
Hamka memaknai manusia sebagai khalifah fil-ardh, sebagai makhluk yang telah diberikan Allah potensi akal sebagai sarana untuk mengetahui hukum-Nya.
Menyingkap rahasia alam dan memanfaatkannya bagi kemaslahatan umat manusia.Menurut Hamka, melalui akalnya manusia dapat menciptakan peradabannya dengan lebih baik. Fenomena ini dapat dilihat dari sejarah manusia di muka bumi. Ar-ruum ayat 30 menegaskan:


Artinya: Hadapkan dengan seluruh dirimu itu kepada Agama (islam) sebagaimana engkau adalah hanif (secara kodrat memihak pada kebenaran): itulah fitroh Tuhan yang telah memfitrohkan (mempotensikan) manusia padanya.”
Disamping itu, fungsi pendidikan bukan saja sebagai proses pengembangan intelektual dan kepribadian peserta didik, akan tetapi juga proses sosialisasi peserta didik dengan lingkungan di mana ia berada. Secara inheren, pendidikan merupakan proses penanaman nilai-nilai kebebasan dan kemerdekaan kepada peserta didik untuk menyatakan pikiran serta mengembangkan totalitas dirinya. Dengan kata lain pendidikan (Islam) merupakan proses transmisi ajaran Islam dari generasi ke generasi berikutnya. Proses tersebut melibatkan tidak saja aspek kognitif pengetahuan tentang ajaran Islam, tetapi juga aspek afektif dan psikomotorik (menyangkut bagaimana sikap dan pengamalan ajaran Islam secara kaffah).
Hamka juga menekankan pentingnya pendidikan jasmani dan rohani (jiwa yang diwarnai oleh roh agama dan dinamika intelektual) yang seimbang. Integralitas kedua aspek tersebut akan membantu keseimbangan dan kesempurnaan fitrah peserta didik. Hal ini disebabkan karena esensi pendidikan Islam berupaya melatih perasaan peserta didik sesuai dengan fitrah-Nya yang dianugrehkan kepada setiap manusia, sehingga akan tercermin dalam sikap hidup, tindakan, keputusan dan pendekatan mereka terhadap semua jenis dan bentuk pengetahuan dipengaruhi nilai-nilai ajaran Islam.
Menurut Hamka, untuk membentuk peserta didik yang memiliki kepribadian paripurna, maka eksistensi pendidikan agama merupakan sebuah kemestian untuk diajarkan, meskipun pada sekolah-sekolah umum. Namun demikian, dalam dataran operasional prosesnya tidak hanya dilakukan sebatas transfer of knowledge, akan tetapi jauh lebih penting adalah bagaimana ilmu yang mereka peroleh mampu membuahkan suatu sikap yang baik (akhlak al-karimah), sesuai dengan pesan nilai ilmu yang dimilikinya.
Lembaga pendidikan agama yang tidak mampu membina dan membentuk peserta didik berkepribadian paripuma, samalah kedudukannya dengan lembaga pendidikan umum yang sama sekali tidak mengajarkan agama, sebagaimana yang dikembangkan pada lembaga pendidikan kolonial. Hal ini disebabkan, karena secara epistemologi, pada dasarnya ilmu pengetahuan memiliki nilai murni yang bermuara kepada ajaran Islam yang hanif. Pandangannya di atas merupakan kritik terhadap proses pendidikan umat Islam waktu itu. Di mana banyak lembaga pendidikan yang mengajarkan agama, akan tetapi tidak mampu ‘mendidikkan’ agama pada pribadi peserta didiknya. Akibat proses yang demikian, mereka memang berhasil melahirkan out put yang memiliki wawasan keagamaan yang luas, dan fasih berbahasa Arab, akan tetapi memiliki budi pekerti yang masih rendah.
Tiga Institusi Yang Bertanggungjawab Dalam Pelaksanaan Pendidikan:
1. Lembaga pendidikan informal (keluarga)
2. Lembaga pendidikan nonformal (lingkungan)
3. Lembaga pendidikan formal (Sekolah)
Lembaga pendidikan informal merupakan lembaga pendidikan pertama dan utama, sebagai jembatan dan penunjang bagi pelaksanaan pendidikan selanjutnya (formal dan nonformal).Ketiga lembaga pendidikan seyogyanya bersinergi dan saling mengisi untuk membentuk integritas kepribadian anak yang equilibrum.
Tujuan Pendidikan Islam Menurut Hamka
“Penghambaan dan kekhalifahan manusia”, yaitu hubungan pemeliharaan manusia terhadap makhluk Allah lainnya, sebagai perwujudan tanggung jawabnya sebagai khalifah di muka bumi, serta hubungan timbal balik antara manusia dengan alam sekitarnya secara harmonis.
Menurutnya karena salah satu bukti gagalnya pendidikan formal dalam menata moral dan etika terlihat dari munculnya kenakalan seperti tawuran.

DAFTAR PUSTAKA

Yasin fatah. 2008.dimensi-dimensi pendidikan islam, Malang: UIN-Malang Press.
hamka/http://www.scribd.com/doc/6248627/PENDIDIKAN-MENURUT-HAMKA
http://rumahmimpi.blogspot.com/2007/06/membaca-hamka-membaca-gelora-cinta.html
http://www.averroes.or.id/opinion/buya-hamka-jejak-pemikiran-dan-teladan.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Haji_Abdul_Malik_Karim_Amrullah baca selanjutnya..